Senin 15 Nov 2021 16:56 WIB

Sampai Kapan Terjadi Kelangkaan Chip?

Kekurangan chip terjadi dalam skala ekstrim.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Microchip (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Microchip (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chip merupakan komponen penting untuk membuat perangkat elektronik. Namun kini sedang terjadi kekurangan chip secara global.

CEO Arm Simon Segars membahas kekurangan chip global dalam acara Web Summit di Lisbon beberapa pekan lalu. Dia berpendapat penyelesaian krisis chip saat ini akan memakan waktu.

Baca Juga

Segars mengatakan sudah lama berkecimpung di industri semikonduktor ini. Namun, dia belum pernah melihatnya kekurangan chip se-ekstrim saat ini.

“Kami telah berada dalam situasi sebelumnya, di mana ada beberapa kasus kelebihan pasokan, dan, dalam kasus lain, kekurangan pasokan, tetapi tidak pernah seperti sekarang ini,” kata Segars, dilansir dari EET Asia, Senin (8/11).

Segars kemudian berbicara tentang penyebab utama krisis chip saat ini,. Dia mengatakan sebab kelangkaan chip sudah pasti adalah ketidaksesuaian dalam penawaran dan permintaan. Dia berpendapat bahwa memindahkan produksi chip ke komputer, konsol gim, dan perangkat rumah lainnya menciptakan hambatan bagi original equipment manufacturer (OEM) lainnya.

Ketika pandemi dimulai, dia menuturkan, banyak perusahaan bereaksi sangat cepat. “Mereka menghentikan produksi barang-barang yang menurut mereka tidak akan dibutuhkan orang. Dan mobil sebenarnya salah satunya,” ujarnya.

Dia melanjutkan, semua persediaan chip difokuskan pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan orang, yaitu perangkat komunikasi yang memungkinkan orang bekerja dari rumah atau memungkinkan terjadinya homeschooling.

“Di situlah mungkin Anda pergi, dan masih ada permintaan besar untuk perangkat seperti itu. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan permintaan untuk hal-hal seperti mobil akan dimulai kembali,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement