REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, pandemi Covid-19 membuat cakupan imunisasi rutin dasar lengkap, termasuk campak, turun. Vaksinasi anak terhambat di seluruh dunia, bukan cuma di Indonesia.
Padahal, ancaman campak belum hilang. Penyakit akibat infeksi virus rubeola itu bisa diatasi dengan vaksin karena termasuk dalam Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
"Semua negara juga bermasalah dalam cakupan vaksinasi campak, bahkan negara seperti Thailand, Bangladesh, sampai India sudah ada kasus (campak)," ujar dr Hinky saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/11).
Hinky menjelaskan, fakta ini terungkap saat ia mengikuti rapat untuk menilai kemajuan eliminasi campak-rubella di Asia Tenggara pada Oktober 2021. Mengingat rendahnya cakupan imunisasi dasar sejak pandemi, ia meminta masyarakat menjadikannya pelajaran agar tidak terlalu terpusat dengan Covid-19 kemudian jadi lengah dengan PD3I.
"Sebab, pertusis, difteri, campak, bahkan dengue sampai hari ini juga masih ada. Jadi, kita semua harus terus waspada," ujar dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini.
Hinky meminta masyarakat untuk lengkapi vaksinasi rutin dasar lengkap anaknya sehingga terhindar dari penyakit yang bahaya dan sangat menular. Melandainya kasus Covid-19 saat ini dapat menjadi momen untuk mengejar ketertinggalan vaksinasi lain.
Selain itu, Hinky juga merekomendasikan agar pihak otoritas tetap waspada dan terus melakukan sosialisasi untuk mengimbau masyarakat supaya tidak lengah dan abai pada PD3I. Ia khawatir jika cakupan imunisasi rutin dasar lengkap, termasuk campak, di bawah 70 persen maka tidak terbentuk kekebalan komunitas (herd immunity) pada anak.