REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE -- Butuh waktu lebih dari dua pekan buat manajemen Newcastle United, di bawah kendali pemilik anyar, untuk menemukan pelatih baru sebagai pengganti Steve Bruce. Penunjukan Eddie Howe sebagai pelatih anyar the Magpies pun berjarak sebulan pasca-Newcastle resmi diakuisisi oleh konsorsium yang dimotori lembaga investasi milik Pemerintah Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF).
7 Oktober 2021 menjadi momen bersejarah buat Newcastle. Kucuran dana mencapai 300 juta poundsterling, yang sebagian besar berasal dari PIF, mengakhiri 14 tahun periode kepemilikan Mike Ashley. Akhir dari era Mike Ashley itu sekaligus mengawali era baru buat klub yang bermarkas di Stadion Saint James Park tersebut di bawah pemilik anyar.
Kendati begitu, era baru Newcastle, yang baru berjalan kurang dari dua bulan, sudah diwarnai berbagai gejolak. Geliat dan langkah manajemen klub terkait upaya membangun kembali the Magpies terus menjadi sorotan.
Terlebih, status Newcastle yang disebut-sebut sebagai klub terkaya di Inggris menyusul pergantian kepemilikan tersebut. Sulitnya manajemen Newcastle dalam menemukan pelatih anyar menjadi gejolak terbesar pada bulan pertama the Magpies di bawah kendali pemilik baru.
Sejumlah nama pelatih, mulai dari Rafael Benitez, Paulo Fonseca, Unai Emery, Roberto Martinez, Lucien Favre, Joachim Low, Xavi, hingga Antonio Conte, disebut-sebut masuk radar the Magpies. Bahkan, Fonseca diketahui sudah melakoni serangkaian wawancara dengan manajemen Newcastle.
Namun, ujungnya eks pelatih AS Roma itu urung menukangi the Magpies. Pun dengan pernyataan terbuka pelatih Villarreal, Unai Emery, soal ketertarikan manajemen Newcastle.
Kendati begitu, setelah melakukan diskusi dengan petinggi Villarreal, eks pelatih Paris Saint Germain (PSG) itu memilih bertahan di the Yellow Submarine. Seolah sudah menjadi rahasia umum, Howe sebenarnya bukanlah pilihan utama manajemen Newcastle United untuk mengisi kekosongan kursi pelatih.
Mantan pelatih Bournemouth itu muncul sebagai alternatif usai kegagalan Newcastle memboyong pelatih-pelatih papan atas. Kegagalan membujuk pelatih-pelatih papan atas itu justru menunjukkan tidak adanya visi dan rencana yang jelas yang diusung manajemen Newcastle di bawah pemilik baru.