REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huawei terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia. Penegasan komitmen ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Huawei dan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Perjanjian Kerja Sama ditandatangani oleh Vice President and Business Environment Subsidiary Board Director Huawei Indonesia Ken Qi, disaksikan oleh CEO Huawei Indonesia Jacky Chen, dengan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto. Ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak pada November 2021.
Wikan Sakarinto mengatakan kerja sama ini merupakan investasi besar bagi masa depan. Sebab, ini tidak hanya melatih peserta didik tetapi juga meningkatkan kompetensi para pendidik sebagai pilar penting dalam bonus demografi untuk sungguh-sungguh mengimplementasikan konsep link and match.
Kedua belah pihak akan berkolaborasi menggelar program-program alih pengetahuan serta pemanfaatan fasilitas dan teknologi bagi sekolah menengah kejuruan dan politeknik. Kemitraan ini memperkuat kerja sama sebelumnya yang telah dilaksanakan sejak 2019 dengan jumlah 502 penerima manfaat.
Hingga akhir tahun ini, program juga meliputi pelatihan training of trainers (ToTs) di bidang perangkat wireless dan microwave, dengan menyasar 140 guru SMK untuk menjangkau 8.400 peserta didik di masa depan dan memastikan kesinambungan alih pengetahuan. Di samping menyasar para pengajar, program juga menargetkan para pelajar dalam pelatihan di bidang Kecerdasan Artifisial (AI), Internet of Things (IoT), dan Big Data.
"Saya yakin program penguatan pendidikan vokasi ini akan menjadi nilai tambah bagi daya saing bangsa Indonesia dalam hal menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan maju.”
Vice President and Business Environment Subsidiary Board Director Huawei Indonesia Ken Qi, mengatakan pendidikan vokasi memegang peran krusial dalam menyetak talenta-talenta di bidang TIK yang dibutuhkan oleh dunia industri. Kebutuhan tersebut bahkan makin meningkat seiring dengan percepatan transformasi digital yang terjadi di Indonesia.
"Kerja sama ini adalah wujud dari komitmen jangka panjang Huawei sejak pertama kali beroperasi di Indonesia lebih dari 21 tahun lalu, guna memperkuat kompetensi SDM TIK Indonesia sebagai motor utama terealisasinya Indonesia sebagai negara maju dengan kekuatan ekonomi digital terdepan di dunia.”
Ken menambahkan, melalui komitmen Huawei ‘I Do Contribute’ yang merupakan bagian dari program pengembangan SDM TIK yang digelar oleh Huawei, pihaknya bertekad untuk mampu menyetak lebih dari 100.000 SDM yang cakap TIK selama kurun waktu 5 tahun. Guna merealisasikan misi tersebut, Huawei terus membangun kerja sama sinergis dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, dunia pendidikan, industri, dan komunitas.