Selasa 23 Nov 2021 10:08 WIB

20 Masjid Singapura Tetapkan Kuota Jamaah Shalat Jumat

Masing-masing masjid hanya menerima 100 jamaah shalat Jumat.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
20 Masjid Singapura Tetapkan Kuota Jamaah Sholat Jumat. Seorang pekerja mengenakan pakaian pelindung (hazmat) dan masker mengepel lantai di Masjid Hajjah Fatimah di Singapura, Jumat (13/3). Singapura membuka ruang shalat terbatas untuk jamaah pekerja di sejumlah masjid terkait wabah corona.
Foto: AP Photo/Ee Ming Toh
20 Masjid Singapura Tetapkan Kuota Jamaah Sholat Jumat. Seorang pekerja mengenakan pakaian pelindung (hazmat) dan masker mengepel lantai di Masjid Hajjah Fatimah di Singapura, Jumat (13/3). Singapura membuka ruang shalat terbatas untuk jamaah pekerja di sejumlah masjid terkait wabah corona.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sebanyak 20 masjid di Singapura akan membuka ruang bagi 100 jamaah per masjid untuk pelaksanaan shalat Jumat pekan ini. Dewan Agama Islam Singapura (MUIS) dalam pernyataan yang dirilis Senin (22/11) mengatakan telah bekerja sama dengan masjid-masjid lain untuk terus meningkatkan jumlah jamaah.

Hal ini menyusul penurunan stabil jumlah kasus Covid-19 per pekan. Hingga kini, beberapa masjid sudah mulai menampung lebih dari 50 jamaah untuk shalat. MUIS menambahkan, pelaksanaan shalat jamaah harian tetap menerapkan jarak aman, batasan durasi kunjungan, sterilisasi, pemisahan pintu masuk dan keluar, serta pelacakan kontak melalui aplikasi TraceTogether.  

Baca Juga

Dalam pernyataannya, Wakil Mufti Mohammad Hannan Hassan mendesak masyarakat melanjutkan upaya pencegahan penularan virus Covid-19 demi menjaga keamanan seluruh pihak. Masjid MUIS dan Singapura akan terus memantau situasi dan memberikan penyesuaian lebih lanjut jika situasi memungkinkan.

Sebelumnya, Pemerintah Singapura mengizinkan perawat mengenakan jilbab selama bekerja, dan mulai aktif sejak awal November. Kebijakan ini menuai respons positif dan apresiasi dari banyak komunitas Muslim. Rumah sakit swasta dan penyedia layanan kesehatan mengatakan akan mengikuti perubahan yang diterapkan di sektor layanan kesehatan publik. 

"Sebagai penyedia layanan kesehatan swasta terbesar di negara ini, kami akan memimpin dalam mengizinkan perawat wanita Muslim dan petugas kesehatan kami di sektor swasta untuk mengenakan tudung sebagai tambahan pada seragam mereka," kata Direktur Keperawatan di IHH Healthcare Singapura Josephine Ong. 

“Pengumuman itu berita yang sangat disambut baik di antara staf Muslimah kami di seluruh rumah sakit IHH Healthcare Singapore, Parkway Shenton, laboratorium, dan pusat radiologi. Mereka senang diizinkan mengenakan penutup kepala Muslim di tempat kerja mulai November, dan berterima kasih atas perubahan kebijakan tersebut,” ujarnya. 

PM Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, selama ini jilbab biasa dipakai di sebagian besar tempat tanpa batasan, termasuk di ruang publik, tempat kerja dan di Parlemen. Namun, dia menjelaskan, di beberapa tempat yang membutuhkan seragam, pemerintah masih tidak mengizinkan jilbab. Ini berlaku untuk seragam di sekolah, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF), dan tim medis di rumah sakit umum.

"Status quo harus dipertahankan untuk layanan berseragam," katanya. 

Dengan adanya perubahan kebijakan ini, mengizinkan pengenaan jilbab bagi perawat dan tenaga medis, membuktikan kebijakan di sektor perawatan kesehatan tidak kaku, dan pemerintah akan terus memantau perkembangan situasi setelah penerapan kebijakan baru ini. 

https://www.straitstimes.com/singapore/20-mosques-in-singapore-to-allow-100-congregants-per-zone-for-friday-prayers-this-week

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement