REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan pada Rabu (24/11). Keputusan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi dan karena pelonggaran pembatasan virus corona mendukung aktivitas ekonomi.
Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) menaikkan suku bunga acuan, official cash rate (OCR) sebesar 25 basis poin menjadi 0,75 persen dalam pertemuan kebijakan terakhir tahun ini. RBNZ mengatakan bahwa tepat untuk terus mengurangi stimulus moneter guna menjaga stabilitas harga dan mendukung pekerjaan berkelanjutan secara maksimal.
Semua kecuali dua dari 23 ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan RBNZ akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan tersebut. Pasar telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan 25 basis poin.
RBNZ mengatakan pelonggaran stimulus lebih lanjut mungkin diperlukan dan OCR mungkin melampaui tingkat netralnya. "Komite memperkirakan bahwa OCR perlu ditingkatkan secara progresif dan, tergantung pada ekonomi yang berkembang seperti yang diharapkan, OCR kemungkinan perlu dinaikkan di atas tingkat netralnya," kata bank dalam risalah pertemuan.
Perkiraannya mengisyaratkan siklus pengetatan yang lebih agresif, mencapai 2,5 persen pada tahun 2023 dan naik lebih tinggi pada Desember 2024. "Mengingat panasnya ekonomi, kami pikir RBNZ masih jauh dari selesai," kata Ben Udy, ekonom di Capital Economics. Ia memperkirakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga tahun depan menjadi sekitar 2,0 persen pada pertengahan tahun depan.
Menjelang pertemuan, pasar telah memperkirakan prospek kenaikan 50 basis poin. Karenanya, banyak investor yang menjual mata uang lokal setelah keputusan tersebut.
Dolar Selandia Baru tergelincir sekitar 0,4 persen ke level terendah enam minggu di 0,6915 dolar AS dan harga swap mundur tajam, dengan suku bunga acuan dua tahun turun sekitar 20 basis poin. Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun juga turun sekitar 10 basis poin, seperti halnya imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun.
Sejumlah besar stimulus fiskal dan moneter yang disuntikkan untuk mengurangi rasa sakit pandemi telah membantu ekonomi Selandia Baru pulih dengan kuat dan mendorong inflasi ke level tertinggi serta tingkat pengangguran ke level terendah dalam lebih dari satu dekade. Inflasi tahunan mencapai 4,9 persen pada kuartal ketiga, laju tercepat dalam lebih dari satu dekade sementara tingkat pengangguran turun menjadi 3,4 persen, menyamai rekor terendah dari Desember 2007.
Sementara itu, harga rumah telah naik berlipat ganda selama tujuh tahun terakhir dan merupakan yang paling tidak terjangkau di antara negara-negara OECD. Tekanan ini mendorong RBNZ untuk menaikkan suku bunga pada Oktober dan menandai lebih banyak pengetatan.
Negara ini sekarang akan mengakhiri karantina wilayah dan pindah ke sistem hidup bersama virus mulai 3 Desember, memungkinkan semua bisnis untuk melanjutkan operasi. Pada Rabu, Selandia Baru mengumumkan pelonggaran beberapa pembatasan perbatasan yang ketat.