Sabtu 04 Dec 2021 05:34 WIB

Parosmia Akibat Long Covid Bikin Depresi

Pengidap long Covid mengalami parosmia sampai susah makan dan beraktivitas.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Shower (ilustrasi). Pengidap long Covid yang mengalami parosmia, Katrina Haydon, merasa terganggu dengan bau air panas dari pancuran yang tercium seperti bau daging busuk.
Foto: www.freepik.com.
Shower (ilustrasi). Pengidap long Covid yang mengalami parosmia, Katrina Haydon, merasa terganggu dengan bau air panas dari pancuran yang tercium seperti bau daging busuk.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Katrina Haydon menjadi depresi karena tidak bisa makan, mandi, atau menyikat gigi dengan cara yang sama seperti enam bulan lalu karena parosmia. Ini adalah gangguan penciuman yang terkadang dikaitkan dengan long Covid atau orang yang gejala Covid-19-nya bertahan lama.

Parosmia adalah istilah yang digunakan untuk segala jenis distorsi indra penciuman. Parosmia tidak seperti anosmia yang merupakan istilah untuk hilangnya indra penciuman seseorang.

Baca Juga

Keluhan parosmia Haydon dimulai dengan anosmia. Dia yakin tertular Covid-19 pada Juni 2021, meskipun dites negatif untuk virus tersebut. Dia memiliki gejala seperti pilek ringan dan kehilangan indra perasa dan penciumannya, seperti yang dialami banyak pasien Covid-19.

Pada September, gejala parosmia mulai dirasakan Haydon. Ia juga merasakan gangguan pada indra pengecapnya, sebab makanan manis dan produk turunan susu terasa seperti parfum yang disemprotkan langsung ke rongga mulut.

"Makanan gurih aromanya malah seperti kotoran busuk. Air panas berbau seperti daging busuk," kata Haydon, dilansir Fox News pada Jumat (3/12).

Keengganan Haydon untuk terpapar bau air panas, seperti dari pancuran atau radiator, mungkin merupakan aspek paling aneh dari kondisinya. Rutinitas mandinya pun jadi berubah.

"Dulu saya mandi lebih dari dua kali sehari secara teratur, tetapi sekarang sangat sulit bagi saya untuk mandi sekali sehari. Saya juga kesulitan sikat gigi karena pasta gigi, bahkan yang tidak mengandung mint, juga terasa dan tercium sangat aneh baunya," ujar Haydon.

Direktur Sinus Center di Johns Hopkins School of Medicine, Andrew Lane, mengatakan parosmia tidak hanya muncul pada beberapa penderita Covid-19. Keluhan ini juga dapat terjadi setelah orang terkena infeksi virus lain atau menderita cedera otak, tumor otak, dan multiple sclerosis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement