Ahad 12 Dec 2021 16:35 WIB

Minyak Goreng Mahal, Penjual Gorengan Terpaksa Naikkan Harga

Penjual gorengan di Lampung menyebut harga minyak goreng naik semenjak Oktober

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang gorengan di pinggir jalan (ilustrasi). Harga minyak goreng naik dua kali lipat dari harga semula, sejumlah penjual gorengan terpaksa menaikkan harga jual eceran, karena tidak sanggup menanggung rugi modal. Biasanya harga eceran gorengan Rp 1.000 menjadi Rp 1.250 – Rp 1.500 per buah.
Foto: Shabrina Zakaria
Pedagang gorengan di pinggir jalan (ilustrasi). Harga minyak goreng naik dua kali lipat dari harga semula, sejumlah penjual gorengan terpaksa menaikkan harga jual eceran, karena tidak sanggup menanggung rugi modal. Biasanya harga eceran gorengan Rp 1.000 menjadi Rp 1.250 – Rp 1.500 per buah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Harga minyak goreng naik dua kali lipat dari harga semula, sejumlah penjual gorengan terpaksa menaikkan harga jual eceran, karena tidak sanggup menanggung rugi modal. Biasanya harga eceran gorengan Rp 1.000 menjadi Rp 1.250 – Rp 1.500 per buah.

Berdasarkan pemantauan Republika.co.id, Ahad (12/12), penjual aneka makanan gorengan semisal pisang, tahu, singkong, dan penganan manisan lainnya mengaku tak dapat lagi bertahan dengan harga lama yang sudah bertahan lama. Mereka menaikkan harga dengan terpaksa meski berisiko menurun jumlah pembeli.

Menurut Pupung (48 tahun), penjual gorengan di Jl Cut Nyak Dien Kemiling Bandar Lampung, kenaikan harga dipicu dengan mahalnya harga minyak goreng yang mencapai dua kali lipat dari harga semula. Harga minyak goreng mahal sudah bertahan dua bulan terakhir, berdampak pada meningkatnya modal dagangan dan berkurangnya pemasukkan.

“Minyak goreng mahal, tapi harga mau dijual tetap Rp 1.000, tidak balik modal. Terpaksa kami naiikan sedikit Rp 1.250 per buah,” kata Pupung kepada //Republika.co.id//, Ahad (12/12).

Selama ini, kata dia, sudah menunggu kalau ada penurunan harga jual minyak goreng. Tapi, setelah dua bulan sejak akhir Oktober sampai akhir tahun ini tidak ada tanda-tanda harga minyak goreng turun, terpaksa ganti harga.

Ia mengatakan, penjual gorengan tidak dapat lagi menyiasati harga modal dengan mengecilkan ukuran penganan gorengan, karena pembeli sekarang sudah menurun sejak pandemi Covid-19. Namun, dengan harga jual eceran naik, ia merasakan pembeli semakin berkurang.

“Mau tidak mau harga naik, memang pembeli akan berkurang lagi. Kami juga kurangi jumlahnya dari biasanya biar tidak rugi modal,” ujarnya.

Sedangkan penjual gorengan di Tanjungkarang Pusat juga banyak yang telah menaikkan harga jual eceran dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.500 per buah. Menurut Herman, penjual gorengan di Jl Kartini Bandar Lampung, kenaikan harga juga terpaksa dilakukan karena mengurangi kerugian yang banyak dari naiknya harga minyak goreng.

Menurut Herman, minyak goreng menjadi kebutuhan utama bagi penjual eceran gorengan. Sekali keluar petang hari sampai malam, ia menghabiskan sekira lima liter minyak goreng. “Sekali buka wajan gorengan satu liter lebih minyak gorengnya. Dari sore sampai malam bisa sampai lima liter,” tuturnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement