REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Harga cabai merah keriting (besar) di pasar tradisional Kota Bandar Lampung terus melonjak mencapai Rp 60 ribu per kilogram (kg), pada Rabu (15/12). Harga tersebut sudah berangsur naik sejak bulan lalu, dan diperkirakan terus naik hingga akhir tahun.
Berdasarkan keterangan penjual cabai merah di Pasar Pasir Gintung, Rabu (15/12), harga cabai merah keriting naik dua kali lipat dari biasanya Rp 30 ribu per kg. Sedangkan harga cabai rawit jenis pedas (setan) mencapai Rp 80 ribu per kg, biasanya Rp 60 ribu per kg, cabai rawit jengki Rp 70 ribu per kg dari Rp 35 ribu per kg.
“Sudah biasa kalau akhir tahun musim hujan harga cabai naik tinggi. Awal tahun ini, harga cabai sampai Rp 100 ribu per kg,” kata Lekmin (50 tahun), penjual sayur mayur di Pasar Pasir Gintung.
Menurut dia, kenaikan harga cabai merah tersebut karena permintaan meningkat pada akhir tahun, sedangkan pasokan cabai merah lokal berkurang membuat agen memasok dari luar Lampung. Sehingga, terjadi kenaikan ongkos transportasi pengangkutan.
Lina (53), ibu rumah tangga warga Tanjungkarang Barat menyatakan, kenaikan harga cabai selalu terjadi setiap lebaran atau akhir tahun. “Sudah lama naik sejak November lalu. Sekarang saya beli cabai eceran per sekali masak. Biasanya menyetok untuk kebutuhan seminggu,” tutur ibu dua anak tersebut.
Dia mengatakan, kenaikan harga cabai merah tertinggi dibandingkan dengan harga bawang merah dan bawang putih. Padahal, ujar dia, kalau satu komoditas dapur naik, diperkirakan komoditas lain ikut naik. “Tapi harga bawang merah dan putih masih normal Rp 25 ribu sampai 27 per kg,” katanya.
Kenaikan harga cabai merah, lantaran musim penghujan petani cabai baru mau menanam cabai, dan diperkirakan panen tiga bulan setelahnya. Sedangkan saat musim panas, jarang ada petani cabai yang menanam bibit cabai, lantaran khawatir gagal panen, karena sulit mencari air.
Menurut Kamso, petani cabai merah di Desa Sukananti, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, ia menyiasati dan memberanikan diri memulai bertanam cabai merah pada musim panas atau kemarau, saat petani cabai lainnya berdiam diri.
“Kalau kita bertanam pada musim kemarau, ketika musim hujan kita panen saat harga cabai lagi naik, karena pasokan berkurang karena petani tidak menanam cabai,” kata Kamso.
Ia menjual cabai merahnya setelah dipetik kepada pengumpul Rp 45 sampai Rp 50 ribu per kg bergantung kondisi. Sedangkan pengumpul menjual lagi ke agen, dan agen menjual kepada pengecer di pasar dengan harga sudah tinggi sampai di konsumen.