Sebanyak 347 Mahasiswa UMS Lulus tanpa Ujian Skripsi
Rep: Binti Sholikah/ Red: Fernan Rahadi
Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). | Foto: Humas UMS
REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO - Sebanyak 347 mahasiswa jenjang sarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bisa lulus tanpa melalui ujian skripsi. Kelulusan mereka melalui publikasi bereputasi terindeks Scopus dan Web of Science (WoS).
UMS mengembangkan program Inovasi, Kreasi, dan Invensi (IKI) sebagai terobosan pemantapan akademik melalui jalur pengembangan talenta inovasi untuk mahasiswa maupun dosen.
Salah satu program IKI didesain dalam kegiatan International Summit on Science, Technology and Humanity VII (ISETH) 2021 bertajuk Enhancement of Academic Capacity to Contribute Country Development secara virtual pada Senin-Selasa (20-21/12). Acara dibuka oleh Rektor UMS, Sofyan Anif, di Gedung Induk Siti Walidah, kantor pusat UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (20/12).
Ketua Panitia ISETH 2021, Agus Ulinuha, mengatakan, di mana UMS menyiapkan slot untuk mahasiswa sebagai kesempatan untuk mempublikasikan tugas akhirnya dalam sebuah forum berlevel internasional.
"Sejauh ini sudah ada 347 tugas akhir mahasiswa yang sudah diterima dan sudah dan akan dipresentasikan. Kalau mereka sudah berhasil mempublikasikan karyanya di ISETH ini maka tidak perlu lagi ujian pendadaran," jelas Agus kepada wartawan seusai pembukaan acara.
Agus menyatakan, makalah-makalah dari 347 mahasiswa UMS tersebut bisa terpublikasi di Scopus dan WoS. Dia menilai, publikasi internasional tersebut secara kualitatif sebenarnya sudah lebih dibandingkan ujian pendadaran.
"Ini poin cukup penting bagi mahasiswa setelah dia lulus. Dengan rekam jejak sudah ada publikasi di seminar internasional terindeks Scopus," ungkap Agus.
Agus menambahkan, di level internasional, publikasi-publikasi berkualitas akan diindeks oleh Scopus dan Web of Science. Selain itu, jurnal terindeks Thomson Reuters merupakan tingkatan lebih tinggi. Scopus hanya akan mengindeks jurnal yang bagus dan hasil-hasil seminar berkualitas.
"Kami berupaya agar makalah-makalah yang diseminarkan ini akan direview untuk diterbitkan atau tidak di jurnal dia. Kalau sudah disetujui, maka makalah ini akan masuk di laman Scopus. Pemeringkatan perguruan tinggi maupun akreditas biasanya melihat seberapa banyak terindeks Scopus," papar Agus.
Dalam sambutannya, Rektor UMS, Sofyan Anif mengatakan, program tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi lulusan mahasiswa UMS sebagai inovator dan kreator baru. "Inovasi Kreasi dan Invensi baru ini terus dikembangkan di berbagai kegiatan pengembangan UMS sebagai salah satu upaya pemantapan UMS sebagai Universitas Unggul Mendunia," ucap Sofyan Anif.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UMS, Harun Joko Prayitno, mengatakan, mahasiswa akan mendapatkan delapan peningkatan kompetensi holistik sekaligus melalui program IKI. Delapan kompetensi itu yakni, kemampuan lulus tepat waktu, lulus tanpa ujian, lulus tanpa harus menyusun laporan skripsi/tugas akhir, dan lulus memiliki ID Scopus/ WoS. Selain itu, lulus dengan pengembangan talenta inovasi dan lulus dengan pengenalan diri melalui forum internasional yang dihadiri oleh ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kemampuan lainnya, lulus dengan publikasi dan indeksasi bereputasi internasional Scopus/WoS, dan lulus melalui kemampuan pengembangan diri ke level internasional.
Sementara itu, Kepala LLDikti Wilayah VI Jawa Tengah, Muhammad Zainuri, dalam sambutan secara virtual memberikan apresiasi dan menyambut positif atas inisiasi program pengembangan talenta inovasi yang diselenggarakan oleh UMS. Dia menilai, program tersebut tidak hanya unggul dalam kerangka pemantapan pengembangan akademik. Melainkan sekaligus sebagai terobosan penting kaitannya dengan pengembangan talenta inovasi akademik seluruh civitas akademika UMS.
"Kelulusan program sarjana UMS melalui program talenta inovasi dalam bentuk publikasi proseding terindeks Scopus/WoS ini sebagai tonggak penting dalam pengembangan akademik lulusan UMS sebagai universitas unggul kelas dunia," ujar Zainuri.