UMS Gelar Konferensi Internasional Cakup 10 Bidang Sekaligus
Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif, saat memberikan sambutan konferensi International Summit on Science, Technology and Humanity VII (ISETH) 2021 yang digelar secara virtual di Gedung Induk Siti Walidah, kantor pusat UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (20/12). | Foto: Humas UMS
REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan konferensi internasional yang mencakup 10 bidang sekaligus secara virtual pada Senin-Selasa (20-21/12). Seminar tahunan International Summit on Science, Technology and Humanity VII (ISETH) 2021 bertajuk Enhancement of Academic Capacity to Contribute Country Development tersebut menghadirkan pembicara dari berbagai negara.
Acara dibuka oleh Rektor UMS, Sofyan Anif, di Gedung Induk Siti Walidah, kantor pusat UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (20/12). Ketua Panitia ISETH 2021, Agus Ulinuha, mengatakan, ISETH tahun ini mencakup 10 seminar internasional dari berbagai bidang.
Di antaranya, agama, pendidikan, kesehatan, teknologi, pemberdayaan komunitas, farmasi, ekonomi, bahasa, dan lainnya. "Tujuannya memfasilitasi para peneliti akademisi sharing ide untuk mendesiminasikan hasil-hasil risetnya dalam seminar yang sesuai. Misal yang pendidikan di seminar pendidikan," kata Agus kepada wartawan seusai acara pembukaan.
Dari 10 seminar itu, dua di antaranya sudah dilaksanakan. Kemudian lima seminar akan digelar pada Senin-Selasa, dan tiga lainnya diselenggarakan pertengahan Januari 2022.
Sampai saat ini, total naskah yang dikirim ke panitia ISETH 2021 mencapai 811 naskah. Dari jumlah itu, sebanyak 650 naskah yang diterima, di mana 347 naskah merupakan karya mahasiswa UMS. Sedangkan naskah dari luar negeri sebanyak 24 makalah.
"Peserta banyak dari luar negeri. Ada 24 makalah dari luar negeri, seperti Italia, Peru, Malaysia, dan India. Diharapkan terus bertambah karena tiga seminar lagi digelar pertengahan Januari 2022," imbuh Agus.
Konferensi juga melibatkan empat pembicara kunci dan 33 pembicara tamu tingkat dunia. Empat pembicara kunci kelas dunia tersebut yakni, Jenefer Golding dari University College London, Muhammad Aziz dari University of Tokyo, Anik Ghufron dari Universitas Negeri Yogyakarta, dan Mohd Shahir Liew dari Universiti Teknologi Petronas Malaysia.
Sepuluh seminar dalam kegiatan ISETH 2021 tersebut menghadirkan 33 pembicara kelas dunia, di antaranya dari Amerika, Jepang, Mesir, Malaysia, Indonesia, India, Meksiko, Selandia Baru, Inggris, Thailand, Taiwan, dan Australia.
Sementara itu, Rektor UMS, Sofyan Anif, mengatakan, ISETH merupakan acara rutin tahunan yang digelar UMS di mana tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-7.
Ada beberapa bidang keilmuan yang dibahas sesuai nama ISETH. Konferensi tersebut sebagai satu bentuk komitmen terhadap visi UMS menjadi pusat unggulan pengembangan Iptek Islami dan memberi arah perubahan. UMS punya instrumen untuk mengukur arah perubahan itu yakni, tahun 2029 akan menjadi perguruan tinggi kelas dunia (World Class University).
"Karena kalau jadi World Class University itu kita punya ruang yang lebih besar untuk berbuat banyak memberi arah perubahan terutama dengan produk-produk hasil riset dan publikasi ilmiah yang kami lakukan. Dan pubilkasi ilmiah itu sifatnya bereputasi internasional, sehingga produk karya ilmiah dalam bentuk jurnal atau riset itu bisa dibaca oleh orang di seluruh dunia," terang Sofyan Anif kepada wartawan seusai membuka acara.
Hal itulah yang dijadikan sebagai nilai untuk memberi arah perubahan pada peradaban Indonesia dan dunia. Karenanya, komitmen itu setiap tahun dilakukan melalui ISETHn di samping aktivitas-aktivitas ilmiah lainnya. Terutama, kegiatan berskala internasional dan berseri agar dunia ikut serta. Hal itu terbukti dengan banyaknya narasumber dan peserta dari berbagai perguruan tinggi di luar negeri yang mencakup mahasiswa dan dosen.
"Harapannya ini nanti sampai pada seri yang kesekian, katakanlah ke-15 pas kita masuk di World Class University akan menjadi saksi sejarah. Satu sisi kita mempunyai instrumen mengukur World Class University, di sisi lain kita barengi dengan aktivitas ilmiah melalui seminar internasional, sekarang webinar karena pandemi," ujar Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan UMS tersebut.