WHO: Omicron Lebih Cepat Menyebar dari Varian Delta 

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Fernan Rahadi

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron | Foto: Pixabay

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, varian Omicron  menyebar lebih cepat daripada varian Delta. Omicron juga menyebabkan infeksi pada orang yang sudah divaksinasi atau yang telah pulih dari penyakit Covid-19.

"Dengan jumlah yang meningkat, semua sistem kesehatan akan berada di bawah tekanan," kata Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan.

Swaminathan mengatakan, varian Omicron dapat menghindari beberapa respons imun. Dengan demikian, program booster atau vaksin dosis ketiga yang diluncurkan di banyak negara harus ditargetkan pada orang dengan sistem kekebalan yang lebih lemah.

Temuan studi oleh Imperial College London mengatakan, risiko infeksi ulang yang terkait dengan Omicron lima kali lebih tinggi ketimbang varian Delta. Selain itu, gejala yang muncul ketika terinfeksi Omicron tidak menunjukkan tanda-tanda lebih ringan daripada Delta.

Pejabat WHO mengatakan, vaksinasi dapat mencegah infeksi dan penyakit, sedangkan Omicron dapat menyerang pertahanan antibodi. Namun ada harapan bahwa sel-T atau pilar kedua dari respons imun, dapat mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi.

“Meskipun kami melihat pengurangan antibodi netralisasi, hampir semua analisis awal menunjukkan kekebalan yang dimediasi sel-T tetap utuh, itulah yang benar-benar kami butuhkan," ujar pakar WHO Abdi Mahamud.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, dalam jangka pendek perayaan liburan di banyak tempat akan menyebabkan peningkatan kasus, sistem kesehatan yang kewalahan, dan lebih banyak kematian. Tedros mendesak semua orang untuk menunda pertemuan.

"Sebuah acara yang dibatalkan lebih baik daripada kehidupan yang dibatalkan," kata Tedros.

Tetapi, tim WHO juga menawarkan beberapa harapan kepada dunia yang sudah lelah menghadapi gelombang baru pandemi. WHO mengatakan bahwa, pandemi Covid-19 akan berakhir pada 2022. Hal merujuk pada pengembangan vaksin generasi kedua dan ketiga, serta pengembangan lebih lanjut dari perawatan antimikroba dan inovasi lainnya.

"(Kami) berharap dapat menjadikan penyakit ini ke penyakit yang relatif ringan yang mudah dicegah, dan mudah diobati. Jika kita dapat menjaga penularan virus seminimal mungkin, maka kita dapat mengakhiri pandemi," ujar pakar darurat utama WHO, Mike Ryan.

Tedros juga mengatakan, penularan Covid-19 global dapat ditangani jika Cina berbagi data dan informasi terkait asal usul virus tersebut. Hal ini sangat membantu respons di masa depan.

 “Kita perlu melanjutkan sampai kita tahu asal-usulnya, kita perlu mendorong lebih keras karena kita harus belajar dari apa yang terjadi saat ini untuk (melakukan) lebih baik di masa depan,” kata Tedros.

Terkait


Inggris Bersiap Hadapi Pembatasan Saat Natal

Legislator Minta Satgas Covid-19 Mengantisipasi Menumpuknya Kedatangan Internasional

Varian Omicron akan Melumpuhkan Sistem Kesehatan Jerman

37,2 Persen Masyarakat tak Tahu Kemunculan Omicron

Israel Larang Perjalanan ke AS

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark