Sabtu 25 Dec 2021 04:50 WIB

Prospek Aset Kripto di Tahun Depan, Masih Menarik Buat Investasi?

Investor disarankan menggunakan uang 'dingin' ketika bertransaksi aset kripto.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Uang kripto (ilustrasi). Aset kripto masih memberikan sinyal positif untuk kenaikan jangka panjang.
Foto: Pixabay
Uang kripto (ilustrasi). Aset kripto masih memberikan sinyal positif untuk kenaikan jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer (CEO) Indodax Oscar Darmawan menilai aset kripto masih memberikan sinyal positif untuk kenaikan jangka panjang meski pada Desember ini pasar perdagangan kripto memang cenderung sedang mengalami penurunan harga. Menurut Oscar, kenaikan maupun penurunan harga Bitcoin biasanya diikuti oleh kenaikan ataupun penurunan beberapa aset kripto lainnya.

"Sebagai aset kripto yang memiliki market cap terbesar, sebenarnya kita bisa menjadikan Bitcoin sebagai acuan untuk melihat tren harga aset kripto lainnya. Karena biasanya, jika harga mayoritas aset kripto yang diperdagangkan di Indodax itu sedang hijau, maka harga Bitcoin pun sudah lebih dulu hijau. Begitu pula sebaliknya," ujar Oscar dalam keterangan di Jakarta, Jumat (24/12).

Baca Juga

Meskipun pada perdagangan Kamis (23/12) pasar kripto masih stagnan, bahkan cenderung kembali melemah, Oscar memprediksi bahwa hal itu tidak akan berlangsung lama. 

Oscar yakin harga kripto akan berangsur mulai membaik, terlebih ada beberapa momen baik yang justru mendukung pasar kripto supaya lebih positif lagi. Salah satunya karena kekhawatiran investor terkait Omicron sudah mulai berkurang dan munculnya obat perawatan untuk pasien Covid-19, yang dianggap bisa mendongkrak pasar menjadi hijau.

Di samping itu, beberapa hari yang lalu, El Salvador tercatat menambahkan persediaan Bitcoin. Melalui cuitan resminya di Twitter, presiden El Salvador Nayib Bukele baru saja membeli 21 Bitcoin pada 21 Desember 2021 kemarin.

Tidak hanya itu, miliarder asal Amerika Serikat yang juga pendiri perusahaan manajemen investasi, Ray Dalio, telah memberikan gagasan positif terkait kripto. Setelah tahun lalu ia cukup menentang terkait keberadaan kripto karena faktor volatilitasnya yang tinggi, beberapa hari lalu ia berpendapat bahwa ia sangat terkesan dengan performa kripto dan mengaku bahwa ia memiliki portofolio di Bitcoin dan Ethereum.

Tidak hanya dia, Kepala ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath juga memberikan statemen positif terkait kripto. Gopinath mengimbau negara untuk tidak melarang kripto dan lebih menganjurkan untuk memberikan regulasi terkait penggunaan kripto mengingat masyarakat sudah banyak yang berminat terhadap investasi tersebut.

"Dengan adanya beberapa kabar positif tersebut, saya yakin market kripto akan berangsur membaik untuk beberapa waktu ke depan. Sebenarnya momen saat market merah bisa dimanfaatkan oleh para investor untuk menambah pundi pundi kripto mereka," kata Oscar.

Ia selalu menekankan pentingnya investor untuk menggunakan uang 'dingin' ketika bertransaksi aset kripto. Jika mereka menggunakan uang dingin, adanya penurunan di pasar tidak akan menjadi masalah yang besar.

Investor pun bisa membeli di momen saat harga sedang murah dan menjualnya ketika di harga tinggi sehingga bisa mendapatkan cuan. Terkait performa Bitcoin sebagai aset kripto pertama jika dilihat secara tahunan, lanjut Oscar, pada Desember 2020 harga Bitcoin menyentuh angka Rp 400 juta dan sekarang harganya sudah menyentuh di kisaran Rp 600 juta. 

Bahkan Bitcoin sempat menembus rekor tertinggi pada November lalu di angka Rp 968 juta."Ini membuktikan bahwa bitcoin serta aset kripto bukanlah investasi jangka pendek dan merupakan komoditas digital yang kian menarik untuk di miliki," ujar Oscar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement