REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan, Israel siap bertindak sendirian menghadapi Iran. Hal ini menyusul upaya negara-negara berpengaruh untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dalam pembicaraan di Wina.
“Tentu saja, kami lebih suka bertindak dalam kerja sama internasional, tetapi jika perlu kami akan bertindak sendiri. Kami membela diri kami sendiri,” kata Lapid kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan, dilansir Jerusalem Post, Selasa (28/12).
Lapid mengatakan, Israel telah memberikan bekal informasi intelijen kepada sekutu terkait program nuklir Iran. Menurut Lapid, intelijen membuktikan bahwa Iran menipu dunia dengan cara sangat sistematis.
“Kami telah memberikan informasi intelijen kepada sekutu (tentang program nuklir Iran). (Bukan) opini dan posisi, (tetapi) intelijen yang membuktikan bahwa Iran menipu dunia dengan cara yang sepenuhnya sistematis,” kata Lapid.
Lapid mengatakan, Iran mendesak agar Amerika Serikat mencabut sanksi. Kemudian Teheran dapat mengalokasikan anggaran senilai miliaran dolar ke dalam program nuklirnya, dan mendanai proksi milisi Syiah.
Saat ini, dunia menanti hasil pembicaraan di Wina apakah dapat menghidupkan kembali JCPOA atau gagal. Amerika Serikat mengatakan, jika diplomasi dengan Iran tidak berhasil, maka mereka akan mengambil langkah lain.
Israel yang merupakan sekutu AS telah berulang kali mengumumkan bahwa, mereka sedang mempersiapkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran. Teheran mengingatkan Israel agar tidak melakukan hal tersebu.
Mantan Presiden AS Donald Trump, secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran atau JCPOA pada 2018. Setelah pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan itu, Iran mulai mundur dari komitmennya dalam membuat senjata nuklir.
Iran memurnikan uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi dari batasan yang ditetapkan dalam JCPOA. Tetapi Iran mengatakan, mereka siap untuk kembali ke batasan pemurnian uranium sesuai kesepakatan setelah AS mencabut sanksi ekonomi Iran.
Iran sejauh ini mengaku telah memurnikan uranium hingga 60. Sumber intelijen mencatat bahwa, Iran masih membutuhkan satu hingga dua tahun untuk mengembangkan teknologi senjata yang memadai, dan mengubah uranium dengan kemurnian tinggi menjadi bom nuklir.