Ahad 02 Jan 2022 05:24 WIB

Tanda Awal Serangan Jantung untuk Pasien Penyakit Ginjal

Penderita penyakit ginjal kronis berisiko lebih besar mengalami serangan jantung.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Tanda awal serangan jantung untuk pasien penyakit ginjal (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Tanda awal serangan jantung untuk pasien penyakit ginjal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita penyakit ginjal kronis berisiko lebih besar mengalami serangan jantung. Risiko ini bisa dicegah dengan mengenali tanda peringatan awal sebelum serangan jantung terjadi.

Tanda peringatan awal tersebut adalah kalsifikasi aorta abdominalis atau abdominal aortic calcification (AAC). Kalsifikasi itu sendiri merupakan penumpukan kalsium pada jaringan tubuh yang dapat membuat jaringan tersebut mengeras.

Baca Juga

Seperti diketahui, salah satu dampak dari penyakit ginjal kronis adalah penumpukan kalsium di arteri yang memasok darah ke organ-organ perut. Penumpukan kalsium ini bisa dideteksi melalui pencitraan x-ray atau metode pemindaian lain.

Studi terbaru dalam Journal of the American Heart Association mengungkapkan bahwa kalsifikasi di aorta abdominalis dapat menjadi sinyal adanya risiko masalah jantung. Studi yang menganalisis 52 studi kecil ini menemukan bahwa kadar kalsifikasi yang lebih tinggi dapat mencerminkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung.

Risiko akan semakin meningkat bila individu dengan AAC juga mengidap penyakit ginjal kronis. Di samping itu, peneliti juga mendapati bahwa AAC berkaitan dengan peningkatan risiko kematian yang disebabkan masalah lain di samping penyakit jantung.

AAC dapat menjadi sinyal peringatan dari risiko serangan jantung karena aorta abdominalis merupakan salah satu area pertama di mana penumpukan kalsium di arteri bisa terjadi. Penumpukan kalsium di aorta abdominalis bahkan bisa terjadi sebelum penumpukan yang sama terjadi di jantung.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti berharap para dokter bisa lebih mewaspadai keberadaan AAC pada pasien mereka. Bila AAC ditemukan lebih awal, maka beragam bentuk intervensi hingga perubahan gaya hidup dan obat-obatan bisa dilakukan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi kalsifikasi.

"Yang mana bisa berpotensi menyelamatkan banyak kehidupan di masa mendatang," jelas ketua tim peneliti Associate Professor Josh Lewis, seperti dilansir di Express, baru-baru ini.

Dalam studi sebelumnya, Lewis juga menemukan bahwa AAC dapat membantu mengidentifikasi perempuan yang berisiko lebih tinggi terhadap serangan jantung dan strok. Di studinya yang lain, Lewis pun menemukan bahwa penumpukan kalsium bisa ditemukan melalui pemindaian kepadatan tulang.

Terkait penyakit ginjal kronis, penyakit ini dipengaruhi oleh beragam faktor risiko yang bisa dan tak bisa dikontrol. Faktor risiko tersebut meliputi usia lanjut, tekanan darah tinggi, obesitas, kebiasaan merokok, dan diabetes.

Kerusakan yang terjadi pada penyakit ginjal kronis akan mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah dan mengontrol kadar cairan dalam tubuh. Masalah ini akan memicu terjadinya penumpukan cairan pada tungkai atau paru-paru dan menyebabkan pembengkakan atau edema.

Beberapa upaya bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis. Menurut American Kidney Fund, salah satu upaya tersebut adalah tak mengonsumsi daging terlalu banyak.

Upaya lain yang juga perlu dilakukan adalah menghindari makanan olahan tinggi garam atau garam pengganti. Sebagai contoh, daging olahan dan makanan kalengan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement