Dinkes Sebut Pasien Omicron Jatim Masih Satu Orang
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Dinkes Sebut Pasien Omicron Jatim Masih Satu Orang (ilustrasi). | Foto: www.freepik.com
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Ashta Triyono mengungkapkan, jumlah pasien Covid-19 varian Omicron di wilayah setempat baru satu orang. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan merilis ada dua pasien Covid-19 varian Omicron di Jatim, tepatnya di Surabaya. Namun, kata Erwin, hingga saat ini, pasien Covid-19 varian Omicron yang terdata baru satu orang.
"Sementara yang satu lagi itu hasil tracing. Pasien kedua yang cucunya sebetulnya tidak ada kontak epidemologi. Jadi masih proses pemeriksaan whole genome sequencing meskipun tidak ada kontak dengan pasien yang pertama," ujar Erwin di Surabaya, Senin (3/1).
Meski pasien kedua belum bisa dipastikan terpapar Covid-19 varian Omicron, lanjut Erwin, perlakuannya tetap sama. Adapun untuk hasil pemeriksaan whole genome sequencing untuk pasien kedua diperkirakan keluar empat hingga lima hari. Erwin memastikan, kondisi kedua pasien tersebut dalam keadaan baik.
Erwin memastikan, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron di Surabaya tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Erwin menyatakan, yang bersangkutan dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron setelah berlibur ke Bali beserta suaminya.
"Dia barusan pergi ke tempat wisata 20 hinggga 25 (Desember) berdua dengan suaminya naik kendaraan sendiri. Tanggal 20 aman pergi ke beberapa tempat. Tanggal 25 pulang ada keluhan itu ada nyeri tenggorokan, berlendir, pilek. Tanggal 28 pemeriksaan PCR hasilnya positif," kata Erwin.
Erwin memastikan, pihaknya telah mrlakukan penelusuran setelah ditemukannya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron tersebut. Berdasarkan hasil tes kontak erat pasien, semuanya dinyatakan negatif Covid-19, dan hanya cucunya yang terkonfirmasi positif. Namun, kata dia, cucunya tersebut tidak sempat kontak dengan sang pasien. "Karena beda rumah. Gak ada riwayat epidemologi," kata dia.