Rabu 05 Jan 2022 21:29 WIB

Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir? Ini Kata Ahli Kesehatan

Covid-19 disebut-sebut akan tetap ada.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Ahli kesehatan memberikan penjelasan atas pertanyaan mengenai kapan pandemi akan berakhir (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Ahli kesehatan memberikan penjelasan atas pertanyaan mengenai kapan pandemi akan berakhir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang tentu bertanya dan mengharapkan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Sayangnya, Covid-19 disebut-sebut akan tetap ada dan akhirnya menjadi apa yang disebut sebagai endemik. 

Tentu saja hal itu tidak bisa dicapai secara instan. Butuh upaya serta adaptasi agar mampu berdampingan dengan SARS-Cov 2 pada masa mendatang. Kemunculan varian omicron kali ini diyakini sebagai permainan akhir.  

Baca Juga

Omicron yang sangat menular telah mendorong kasus ke angka tertinggi sepanjang masa. Tetapi kali ini, manusia tidak memulai dari awal. Hal ini karena telah ada vaksin yang menawarkan perlindungan kuat guna mencegah penyakit serius maupun infeksi ringan. 

Omicron mungkin tidak mematikan seperti beberapa varian sebelumnya. Tetapi transmisi omicron tetap mendorong protokol kesehatan lebih baik seperti halnya pengetatan dalam menggunakan masker.

“Varian terbaru adalah peringatan tentang apa yang akan terus terjadi, kecuali kita benar-benar serius tentang akhir 'permainan'," kata Dr Albert Ko, spesialis penyakit menular di Yale School of Public Health, dilansir di CBC, Rabu (5/1/2022).

Albert Ko mengatakan, Covid-19 akan bersama manusia selamanya. Pada titik tertentu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menyatakan pandemi secara resmi berakhir. Hal itu ketika kasus infeksi telah banyak berkurang atau setidaknya, rawat inap dan kematian menurun. Namun persisnya seperti apa ambang batas itu masih belum jelas.

Negara-negara berpenghasilan rendah yang kekurangan vaksin atau perawatan yang cukup mungkin perlu berjuang lebih keras. Sedangkan negara lain kemungkinan lebih mudah bertransisi kepada apa yang oleh para ilmuwan disebut sebagai endemik.

“Itu adalah perbedaan yang kabur,” kata pakar penyakit menular, Stephen Kissler, dari The Harvard TH Chan School of Public Health. Dia mendefinisikan periode endemik sebagai mencapai "semacam kondisi mapan yang dapat diterima" untuk menangani Covid-19.

Krisis omicron menunjukkan dunia belum sampai di sana, tetapi diyakini dunia akan mencapai titik di mana SARS-CoV-2 endemik seperti halnya flu yang juga menjadi endemik.

Sebagai perbandingan, Covid-19 telah membunuh lebih dari 800 ribu orang Amerika dalam dua tahun, sementara flu biasanya membunuh antara 12 ribu dan 52 ribu per tahun.

Seberapa banyak penyakit dan kematian Covid-19 yang berkelanjutan akan menjadi pertanyaan sosial, bukan hanya pertanyaan ilmiah.

“Kami tidak akan sampai pada titik di mana ini 2019 lagi,” kata seorang sarjana senior di The Johns Hopkins Center for Health Security, dr Amesh Adalja.

Penting untuk membuat orang berpikir tentang toleransi risiko. Pekan lalu, Petugas Kesehatan Provinsi British Columbia dr Bonnie Henry mengaku yakin provinsi itu pada akhirnya akan melihat akhir dari pandemi.

Dr Bonnie Henry mengatakan, "permainan baru" dengan varian omicron bisa menandakan berakhirnya Covid-19. "Cara virus berubah dengan omicron yang membawa kita ke titik (endemik) itu lebih cepat," katanya dalam wawancara akhir tahun. 

Pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr Anthony Fauci, melihat bahwa perlu mengendalikan virus dengan cara yang tidak mengganggu masyarakat, tidak mengganggu ekonomi ke depannya.

AS sudah mengirimkan sinyal bahwa kondisi akan mengarah ke era menjadi normal baru. Pemerintahan Biden mengatakan telah menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk menangani bahkan dari ancaman omicron. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) baru saja mengurangi waktu isolasi menjadi lima hari bagi yang terinfeksi Covid-19 karena virus paling menular di sekirar tiga hari setelah infeksi.

India mencapai tingkat stabilitas dari pandemi Covid-19. Baru-baru ini, kasus yang dilaporkan setiap hari tetap di bawah 10 ribu selama enam bulan, tetapi hanya setelah korban jiwa "terlalu traumatis untuk dihitung" yang disebabkan oleh varian delta sebelumnya, menurut dr T Jacob John, mantan kepala virologi di Christian Medical College, India selatan.

Omicron sekarang memicu peningkatan kasus lagi, dan negara tersebut meluncurkan vaksin booster untuk pekerja di garis depan. John mengatakan kasus virus corona akan terus meningkat berkali-kali bahkan setelah omicron selesai.

Varian omicron mengancam akan membahayakan musim lainnya. Omicron sangat bermutasi sehingga menurunkan beberapa perlindungan vaksinasi atau yang terentukndari infeksi sebelumnya.

Dr William Moss dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengharapkan varian ini akan memaksimalkan kemampuannya untuk membuat lompatan evolusioner yang begitu besar. "Saya tidak melihat ini sebagai semacam siklus tak berujung dari varian baru,” kata dia.a

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement