Rabu 12 Jan 2022 08:21 WIB

Perusahaan Israel di Inggris Terus Tertekan Akibat Protes Aktivis Pro Palestina

Perusahaan Israel mendapat protes dari aktivis pro Palestina

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Perusahaan Israel mendapat protes dari aktivis pro Palestina. Ilustrasi Israel
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Perusahaan Israel mendapat protes dari aktivis pro Palestina. Ilustrasi Israel

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Kelompok pro-Palestina di Inggris terus melakukan perlawanan terhadap perusahaan swasta produsen senjata drone terbesar untuk Israel, Elbit Systems. Desakan yang tidak berhenti dilancarkan oleh kelompok itu membuahkan hasil. 

Elbit, seperti dilansir TRT World, Rabu (12/1), adalah perusahaan swasta Israel dan memasok drone untuk negaranya dan negara-negara lain. Drone yang diproduksi Elbit hampir 80 persen dari total drone Israel. Ini menjadikan Israel sebagai pengekspor drone terbesar di dunia, tetapi juga menggunakan drone itu di dalam negeri. 

Baca Juga

Di Inggris, Elbit punya anak perusahaan yaitu The Power and Control Business Ferranti Technologies yang berada di Oldham. Namun Elbit terus mendapat tekanan dari para aktivis Inggris yang menentang kegiatan pro-Israel di negaranya. 

Hingga akhirnya, Elbit pada Senin (10/1) kemarin waktu setempat, memutuskan untuk menjual anak usahanya itu, ke perusahaan Inggris TT Electronics. Saat ini Elbit masih memiliki 10 pabrik di Inggris, dan perusahaan tidak menyebut protes dari aktivis Palestina sebagai faktor dijualnya anak perusahaan di Oldham. 

Namun, kelompok pro-Palestina di Inggris percaya bahwa tindakannya, mulai dari menyemprot dinding pabrik dengan cat merah darah hingga desakan untuk hengkang dari Oldham. 

Mereka meyakini, menghadapi perusahaan seperti Elbit melalui tindakan langsung bekerja lebih baik daripada hanya menerbitkan pernyataan panjang melawan Israel dan sekutunya. 

Elbit dilaporkan tidak hanya menyediakan drone tetapi juga teknologi pengawasan ke Israel. Perusahaan menjual produk pengawasan ke Israel yang digunakan pada tembok pemisah negara yang dibangun di Tepi Barat yang diduduki untuk memisahkan populasi Palestina satu sama lain. 

Banyak yang menyebut tembok itu tembok Apartheid, yang dibangun dengan mencaplok beberapa tanah paling subur di Tepi Barat dan sumber air dari Palestina, menurut para ahli. 

Pada 2009, Dana Pensiun Global Pemerintah Norwegia (GPFG) memutuskan untuk mengecualikan Sistem Elbit karena pelanggaran serius terhadap norma etika mendasar perusahaan. 

Aktivis pro-Palestina di Inggris, dalam sebuah pernyataan menyampaikan bahwa pendudukan situs tersebut telah menyebabkan penutupan pabrik secara paksa selama beberapa pekan, dan menyebabkan kerugian jutaan dolar bagi perusahaan. 

Pada akhir November 2021, Elbit mulai mengemas operasi Oldham mereka, dan sekarang sebagian besar bisnis Ferranti telah dijual. 

"Tindakan langsung berhasil. Individu pemberani yang menduduki pabrik selama setahun terakhir dapat dengan bangga mengatakan bahwa teknologi drone tidak lagi diproduksi di Oldham," tambah pernyataan itu. 

Huda Ammori, salah satu pendiri Palestina Action, percaya bahwa drone tersebut digunakan di Gaza untuk melawan warga Palestina. Selama melancarkan aksinya selama 18 bulan, 36 aktivis kelompok itu ditangkap oleh polisi Inggris. 

Namun tidak satu pun dari mereka didakwa melakukan kejahatan. Polisi Inggris menahan Ammori dan Richard Barland, pendiri lain dari Aksi Palestina, di masa lalu untuk kampanye mereka melawan Elbit. 

Sejak pertengahan 2000-an, aktivisme anti-Israel langsung mendapatkan sorotan di seluruh dunia dengan pembentukan gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), yang telah meluncurkan berbagai tindakan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pendudukan Tel Aviv atas tanah Palestina. 

Kelompok seperti Aksi Palestina terinspirasi oleh aktivisme BDS dan juga protes seperti Occupy Wall Street, gerakan anti-globalis dan kapitalis, menggunakan teknik langsung seperti menduduki tempat perusahaan besar seperti Elbit dan lainnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement