REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan kapten Manchester United, Roy Keane menunjukkan ketidakpuasan usai timnya gagal menaklukkan Aston Villa dalam lanjutan Liga Primer Inggris musim 2021/22. Duel di Villa Park, Ahad (16/1) dini hari WIB, berkesudahan imbang 2-2.
MU sudah unggul 2-0 terlebih dahulu lewat brace Bruno Fernandes. Di luar dugaan, dalam 15 menit terakhir, tuan rumah menyamakan kedudukan. Skuat polesan Steven Gerrard bisa saja berbalik memimpin jika David de Gea tak membuat beberapa penyelamatan fantastis.
Secara khusus, Keane menyoroti kinerja lini tengah iblis merah. Ia melihat dari berbagai sisi. Ia enggan mengkritisi Fernandes yang sudah bertugas dengan baik membantu penyerangan.
"Tapi ada pemain lain, yakni Fred dan Matic untuk berperan di sisi pertahanan. Mereka tidak melakukan dengan cukup baik," kata sosok yang kini aktif sebagai pundit sepak bola itu, dikutip dari mirror.co.uk, Senin (17/1).
Dalam 20 menit terakhir, para yuniornya mendapat tekanan hebat. Menurut Keane, saat itulah, peran gelandang bertahan menjadi vital. Pada akhirnya United kecolongan.
Pernyataan Keane menguak rahasia umum. Sejatinya MU sangat membutuhkan pemain agresif di lini tengah. Pelatih the Red Devils sebelum Ralf Rangnick, Ole Gunnar Solskjaer sudah mengindentifikasi hal itu.
Pada musim panas tahun lalu, Solskjaer menginginkan gelandang bertahan baru setelah klubnya mendapatkan Raphael Varane, dan Jadon Sancho. MU malah menggaet Cristiano Ronaldo. Kini Rangnick membutuhkan hal serupa.
Ia mendorong United agar menggaet penggawa Red Bull Leipzig, Amadou Haidara. Harga gelandang box to box itu berada di kisaran 33 juta poundsterling. Haidara berpengalaman memainkan peran defensif di lini tengah.
MU juga dikaitkan dengan jugador Borussia Monchengladbach, Denis Zakaria. Kebetulan, kontrak Zakaria di Gladbach berakhir setelah Juni 2022. Sehingga harganya relatif lebih murah.
Sayangnya, the Red Devils belum tentu mendukung rencana Rangnick. Ini mengingat sang arsitek tidak akan memimpin tim tersebut, setelah musim 2021/22 berakhir.
"Salah satu masalah terbesar yang kami miliki adalah, kami terlalu banyak kehilangan bola saat melakukan transisi. Itu mengkhawatirkan saya," ujar juru taktik berkebangsaan Jerman ini.