REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BENGKULU -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menyebutkan, bahwa pada September 2021 terdapat 14,43 persen atau 29.179 warga miskin di Bengkulu. Persentasi itu membuat Bengkulu berada di posisi kedua wilayah termiskin di Sumatera setelah Provinsi Aceh.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal di Bengkulu, Senin (17/1/2022), mengatakan, dibandingkan pada Maret 2021, persentase kemiskinan di Bengkulu turun sebesar 0,79 persen dari 15,22 persen. Kemudian pada September 2020 turun sebesar 0,87 persen dari 15,30 persen.
"Dari 10 provinsi di Sumatra ada empat Provinsi yang angka kemiskinan masih dua digit yaitu Provinsi Aceh, Bengkulu, Sumatra Selatan dan Lampung," kata Rizal.
Rincian 14,43 persen jumlah masyarakat miskin di Bengkulu, sekitar 14,73 persen berasal dari wilayah perkotaan dan 14,28 persen dari pedesaan.
Dalam mengukur tingkat kemiskinan masyarakat di Provinsi Bengkulu, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar dari sisi ekonomi menurut garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan bukan makanan. Kemudian, penduduk dikategorikan miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan.
Lanjut Rizal, untuk di Bengkulu, pengeluaran per kapita sekitar Rp 572 ribu per bulan dan per rumah tangga sekitar Rp 2,4 juta per bulan. "Sebenarnya penyebab tingginya angka kemiskinan di Bengkulu disebabkan karena Covid-19," ujarnya.
Akibat Covid-19, banyak masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja, produktivitas perdagangan terganggu. Selain itu, Bengkulu merupakan wilayah yang masih berbasis pertanian, sehingga perekonomian di Bengkulu masih terbilang miskin.
"Bengkulu sudah harus mulai beralih ke sektor yang lebih modern seperti sektor industri dan perdagangan untuk memacu percepatan perekonomian di Bengkulu," terang Rizal.