Virus Covid-19 masih merajalela di bumi. Bahkan kini sudah beranak pinak dengan varian terbaru, yakni omicron. Menjadi pandemi yang kembali mengkhawatirkan. Beberapa negara kembali melaksanakan lockdown, sementara Indonesia bersiap menghadapi puncak Covid-19 omicron yang diperkirakan Februari-Maret 2022.
Biarpun ekonomi masih tidak pasti, keuangan pribadi tetap harus stabil. Bagaimana caranya? Selain hidup hemat, kamu juga harus menambah penghasilan melalui investasi.
Investasi memang tidak boleh setop hanya karena pandemi Covid-19. Investasi mesti jalan terus agar pundi-pundi uang makin banyak.
Ini instrumen investasi yang aman di tengah kasus omicron:
Baca Juga: Proyeksi Ekonomi dan Investasi Menguntungkan 2022
Investasi reksadana pasar uang
1. Investasi reksadana pasar uang
Reksadana pasar uang adalah jenis reksadana dengan risiko yang paling rendah dibanding jenis reksadana lain, seperti reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, maupun reksadana saham.
Meski minim risiko, tetapi tetap ada keuntungan yang bisa kamu dapatkan meski tidak sebesar reksadana saham. Namun di tengah ketidakpastian ekonomi akibat Covid-19 omicron, berapapun keuntungan investasi pasti lumayan daripada tidak sama sekali.
Reksadana pasar uang cocok untuk kamu yang tipenya konservatif atau cari aman. Jangka waktu investasi di reksadana pasar uang kurang dari setahun, jadi pas untuk investasi jangka pendek untuk keperluan dana darurat misalnya.
2. Surat utang pemerintah
Sukuk Tabungan (ST), Savings Bond Ritel (SBR), Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah surat utang yang dirilis pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dikeluarkan setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan negara dalam APBN.
Investasi di surat utang pemerintah rendah risiko karena dijamin oleh negara. Tidak ada risiko gagal bayar seperti produk lain. Selain itu, modalnya juga kecil. Mulai dari Rp 1 juta, kamu sudah bisa jadi investor.
Soal kupon atau bunganya jangan ditanya, lebih tinggi dari bunga deposito. Pilihan investasi bagus di tengah krisis sekalipun.
Investasi emas
3. Investasi emas
Investasi emas masih menjadi primadona saat kondisi ekonomi baik maupun buruk. Kala ada Covid-19 maupun tidak ada corona.
Emas dikenal investasi safe haven. Nilainya relatif stabil. Kalaupun harga emas turun, tidak akan terlalu drastis seperti saham. Setidaknya tidak bikin jantungan.
Investasi emas dalam jangka panjang akan memberi return lumayan besar. Selain itu, sifatnya likuid atau gampang dijual lagi bila sewaktu-waktu butuh uang tunai mendesak.
Baca Juga: Tips Gapai Resolusi Tahun Baru dengan Investasi Saham
4. Investasi deposito
Deposito adalah produk simpanan perbankan. Tetapi bisa dijadikan sarana investasi karena bunganya lebih besar dibanding tabungan.
Investasi deposito minim risiko. Sebab, deposito dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jika simpanan kamu sampai dengan Rp 2 miliar.
Jadi, kalau ada bank bangkrut atau dilikuidasi karena dampak perekonomian yang memburuk, semisal krisis, uang di deposito akan dikembalikan atau dibayar LPS bila nominalnya sesuai ketentuan.
Investasi properti
5. Investasi properti
Investasi aman di tengah ancaman Omicron berikutnya adalah investasi properti. Alasannya kebutuhan rumah tetap ada meski ekonomi dibayangi ketidakpastian.
Ada saja yang membeli rumah walaupun tidak sebanyak jika perekonomian membaik. Maka dari itu, beli properti saat pandemi biasanya harga agak turun. Banyak yang obral murah rumah, apartemen, atau ruko mereka.
Keuntungan investasi properti, di antaranya bisa sebagai passive income. Penghasilan yang diperoleh hanya dengan duduk manis atau sambil rebahan di rumah.
Uang masuk dalam rekening dalam bentuk pendapatan sewa, dividen, bunga, bahkan royalti dari hasil investasi properti. Enak kan? Sangat cocok untuk persiapan masa pensiun atau di hari tua.
Selain itu, properti yang kamu beli dapat menjadi jaminan atau agunan ketika membutuhkan pinjaman bank. Mungkin saja kamu perlu tambahan modal untuk meningkatkan investasi atau saat dalam kondisi darurat.
Keuntungan investasi properti lainnya, tidak tergerus inflasi. Melihat harga properti yang cenderung naik terus dengan persentase 10-20% setiap tahun, artinya jauh melampaui angka inflasi. Inflasi di Indonesia rata-rata 3-5% per tahun.
Baca Juga: 3 Tipe Investor Berdasarkan Profil Risiko
Sisihkan 10% dari Gaji untuk Investasi
Investasi membutuhkan komitmen dan disiplin menyisihkan dana. Idealnya sekitar 10% dari gaji atau penghasilan untuk bujet khusus investasi.
Semakin besar modal, semakin maksimal pula keuntungan yang diperoleh. Kamu dapat meningkatkan penghasilan saat ekonomi belum stabil dan pandemi Covid-19. Keuangan tetap stabil, bahkan bertambah dari keuntungan investasi.
Baca Juga: Jadi Korban Investasi Ilegal? Segera Lakukan Ini