REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya melaporkan, sepanjang 1-25 Januari 2022, terdapat empat kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD). Tiga orang yang meninggal akibat DBD itu masih berusia anak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, mengatakan, berdasarkan hasil verifikasi terakhir, terdapat 209 kasus DBD sepanjang 1-25 January 2022. Dari total kasus itu, empat orang dilaporkan meninggal dunia akibat DBD.
"Tiga orang anak-anak dan satu orang dewasa," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (25/1/2022).
Ia menyebutkan, sejauh ini sebaran kasus DBD paling banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Mangkubumi. Di kecamatan itu, tercatat ada 51 kasus DBD.
Selain itu, di Kecamatan Kawalu terdapat 38 kasus DBD, Tawang 30 kasus, Tamansari 17 kasus, Cipedes 15 kasus, Cibeureum 14 kasus, Cihideung 13 kasus, Bungursasi 11 kasus, Purbaratu 11 kasus, dan Indihiang sembilan kasus. Hingga saat ini, masih ada 18 kasus DBD yang masih dalam perawatan.
Kendati kasus DBD di Kota Tasikmalaya sudah melebihi 200 kasus, Asep mengatakan, hingga saat ini belum ditetapkan status kejadian luar biasa (KLB) kasus DBD. Menurut dia, pihaknya akan terus memantau perkembangan kasus DBD hingga beberapa bulan ke depan.
"Mudah-mudahan tidak sampai KLB," kata dia.
Asep mengimbau masyarakat untuk terus aktif dalam melakukan pencegahan kasus DBD dengan melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Sebab, ia menilai, kasus DBD hanya dapat dicegah dengan PSN, dengan cara melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) tempat penampungan air.
Menurut dia, Wali Kota Tasikmalaya juga telah mengeluarkan instruksi agar masyarakat waspada terhadap kasus DBD. Instruksi itu sudah dikeluarkan per 31 Desember 2021.
"Ini harus seluruhnya bergerak, tidak bisa hanya petugas. Namun, dari pendampingan yang kami lakukan, masih banyak masyarakat yang cuek untuk PSN. Kesadaran masih lemah. Giliran kejadian baru terasa," ujar dia.
Kepala Puskesmas Mangkubumi, Arif Prianto, mengakui, hingga saat ini wilayah Kecamatan Mangkubumi menjadi penyumbang kasus DBD tertinggi di Kota Tasikmalaya. Namun, berdasarkan data yang dimilikinya, kasus DBD di Kecamatan Mangkubumi banyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sambongpari.
"Di Mangkubumi itu kan ada dua puskesmas, Sambongpari dan Mangkubumi. Di Puskesmas Mangkubumi hanya ada tujuh kasus, kalau di Sambongpari ada 44 kasus," kata dia.
Kendati demikian, menurut Arif, pihaknya sudah menyusun strategi terkait pencegahan dan penanganan DBD. Ia menyebut, dinas kesehatan dan puskesmas telah meminta aparat kecamatan untuk melakukan sosialisasi terkair PSN kepada warga. Artinya, pencegahan yang dilakukan lebih bersifat edukasi.
Ia mengakui, kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN masih minim. Menurut dia, masyarakat baru bergerak ketika banyak muncul kasus DBD.
Selain melakukan upaya pencegahan, Arif menambahkan, puskesmas juga telah menerjunkan tim survailans untuk mendeteksi kasus positif DBD. Ia menyebutkan, setiap ada kasus positif DBD, petugas akan melakukan pemeriksaan terhadap 20 rumah di sekitar rumah pasien DBD. Pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan keberadaan jentik nyamuk di lingkungan tersebut.
"Setiap ada satu kasus positif, 20 rumah di sekitarnya pasti diperiksa apakah ada jentik nyamuk atau tidak. Beberapa wilayah juga sudah dilakukan fogging. Namun belum semua wilayah," kata dia.
Arif mengimbau masyarakat untuk meningkatkan upaya PSN dengan cara 3M plus. Sebab, DBD hanya bisa dicegah dengan cara itu.
Baca: 5 Kabupaten/Kota di NTT Belum Capai 70 Persen Vaksinasi Covid-19
Baca: Pasien Rawat Inap di RSDC Wisma Atlet Bertambah, Total Dekati 3.000 Orang
Baca: Kota Bandung Mulai Tes Covid-19 Acak Siswa dan Guru di Sekolah