REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengeluarkan Frequently Asked Question (FAQ) mengenai vaksinasi booster Covid-19. Salah satu yang sering ditanyakan, sudah perlukah mendapatkan vaksin booster?
Ketua Umum PAPDI, Dr dr Sally A Nasution, SpPD, K-KV, FlNASlM, FACP, menjelaskan, vaksin booster diberikan kepada individu yang telah diberikan vaksinasi primer lengkap dan mencapai kadar antibodi yang adekuat. Namun, seiring waktu kadar antibodi tersebut semakin menurun sehingga perlu diberikan booster.
“Vaksin booster diperlukan untuk meningkatkan kembali kadar antibodi yang menurun seiring dengan waktu sehingga kekebalan terhadap infeksi Covid-19 meningkat adekuat,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (1/2/2022).
Menurutnya, kadar antibodi tidak wajib untuk diperiksa sebelum dilakukan vaksin. Selain itu, tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus yang diperlukan sebelum vaksin booster, kecuali atas indikasi dan saran dokter spesialis yang merawat pasien.
“Sebelum vaksin booster pastikan kondisi Anda layak untuk vaksin. Jika memiliki penyakit komorbid, pastikan Anda baik dan komorbidnya terkontrol,” ujarnya.
Untuk kapan waktu pemberian vaksin booster, menurut dokter Sally mengikuti saran dari pemerintah dengan waktu minimal enam bulan setelah vaksinasi kedua. Sementara bila mengalami Covid-19 sebelum vaksin booster, pada kondisi asimtomatik, ringan, dan sedang, vaksin dapat diberikan minimal satu bulan setelah terkonfirmasi positif.
Sedangkan pada kondisi Covid-19 berat, vaksin booster dapat diberikan minimal tiga bulan setelah terkonfirmasi positif. “Tentu saja minimal enam bulan setelah vaksin kedua atau primer lengkap,” tambahnya.
Jika baru saja divaksin selain vaksin Covid, ia menyarankan untuk pemberian vaksin booster dilakukan dengan jarak waktu satu bulan. Namun apabila mendesak dapat diperpendek menjadi 14 hari dan pada keadaan yang sangat memerlukan dapat diberikan secara bersamaan.
Untuk pasien dengan autoimun, sebaiknya konsultasikan ke dokter yang merawat untuk menentukan apakah sudah layak diberikan vaksin booster atau belum. Begitu juga dengan pasien dengan menggunakan imunosupresan, sebaiknya konsultasikan ke dokter yang merawat terkait penggunaan obat-obatan imunosupresan sebelum dan sesudah vaksin booster.
Bagi pasien dengan HIV, pasien immunecompromised merupakan pasien prioritas mendapatkan vaksin booster. Jika kondisi pasien baik, minum ARV teratur, sudah waktunya untuk vaksinasi booster dan tidak ditemukan infeksi immunecompromised, maka pasien dapat diberikan vaksin booster.
Untuk pasien dengan komorbid merupakan pasien prioritas untuk mendapatkan vaksin booster jika kondisi pasien baik dan stabil, pasien dapat diberikan vaksin booster. “Konsultasikan ke dokter yang merawat terkait kelayakan untuk divaksin booster,” ujar dokter Sally.