REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Bank Indonesia (BI) memprediksi besaran inflasi di Sumatra Utara pada 2022 diperkirakan masih dalam rentang sasaran nasional yang sebesar 3 persen plus minus satu persen atau 2-4 persen.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut Doddy Zulverdi di Medan, Selasa (1/2/2022), mengatakan, prediksi inflasi di 2022 hampir sama dengan prakiraan untuk di tahun lalu (2021). Inflasi didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan pemulihan ekonomi yang didukung pencapaian program vaksinasi yang cukup bagus.
Kemudian, adanya pengurangan sejumlah insentif/diskon tarif pemerintah, dan masih berlanjutnya bantuan sosial pemulihan ekonomi nasional. Kemudian adanya perbaikan kondisi lapangan kerja, kenaikan cukai rokok, kenaikan harga elpiji non-subsidi, dan potensi pengurangan insentif tarif listrik pada 2022.
"Inflasi juga didorong meningkatnya harga tiket angkutan udara sebagai dampak pelonggaran mobilitas dan meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan wisata," kata Doddy.
Penyaluran insentif fiskal juga berpotensi mendorong kenaikan permintaan masyarakat.
Ada pun faktor penahan inflasi, katanya, harga komoditas pangan bergejolak yang relatif terkendali dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya peningkatan produksi pangan utama dan hortikultura. Kemudian semakin pulihnya rantai pasokan seiring dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara nasional.
"TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Sumut berupaya meningkatkan koordinasi untuk meningkatkan pengawasan agar harga bisa dikendalikan,"kata dia.
BI berharap inflasi bisa dikendalikan sehingga pertumbuhan ekonomi yang diprediksi meningkat pada 2022 atau pada kisaran 4,7-5,5 persen bisa terwujud.