Empat Alasan Anak Muda Harus Memiliki Growth Mindset
Red: Fernan Rahadi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. | Foto: Republika/Thoudy Badai
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era disrupsi telah mengubah peta profesi anak-anak muda saat ini. Persaingan di era digital tidak lagi seperti zaman dulu. Sekarang anak-anak muda dengan growth mindset dan agility bisa dengan mudah melakukan disrupsi terhadap berbagai bidang.
Menteri BUMN Erick Thohir saat mengisi Head Mentor Session di Indonesia Digital Tribe (IDT), Kamis (27/1), mengatakan kehadiran startup teknologi dengan solusi terhadap berbagai permasalahan adalah contoh nyata. Menurut Erick, ada empat alasan utama mengapa anak-anak muda, khususnya talenta digital, harus memiliki growth mindset.
Pertama, tetap relevan di tengah disrupsi. Disrupsi telah mengubah status quo dan mendorong bisnis untuk beradaptasi dengan cepat.
"Anak muda tidak boleh terjebak pada status quo karena ada banyak tantangan dan disrupsi di masa depan sehingga semua perlu belajar untuk lebih agile dan beradaptasi. Sehingga dapat memastikan pertumbuhan bisnis dan ekonomi Indonesia dan relevansi kita ke depan," kata Erick.
Kedua, kunci untuk maju adalah jangan pasrah dengan keadaan. "Growth mindset atau kemampuan adaptasi adalah kunci pertumbuhan pribadi dan juga bisnis di tengah banyak disrupsi global," kata Erick.
Ia melanjutkan, growth mindset membuat seseorang memiliki sikap yang memungkinkan dirinya untuk mengambil langkah berani agar dapat terus melaju. Hal itu sangat berbeda dengan yang terpaku pada fixed mindset. Mindset tidak mengenal usia dan bergantung pada keputusan individu.
Erick membagikan pengalaman ayahnya, yang pada usia 10 tahun merantau dari Gunung Sugih ke Tanjung Karang, karena di kampung halamannya tidak ada SMP. Kemudian ke Solo agar bisa mengenyam bangku pendidikan SMEA. "Ini adalah bentuk growth mindset, seseorang dengan fixed mindset cenderung pasrah menerima keadaan," katanya.
Ketiga, membangun kepercayaan diri. "Untuk bisa terus bertumbuh, dan maju di zaman yang terus berubah, diperlukan kepercayaan diri (confidence). Confidence bisa tumbuh dengan adanya growth mindset, yang diiringi dengan selalu berlatih dan tidak berpuas diri," ujarnya.
Erick menuturkan dirinya hingga kini pun tidak berpuas diri dan terus belajar untuk bisa melakukan aktualisasi diri terhadap perkembangan zaman, dan menghadapi tantangan.
Keempat, meraih peluang dan mimpi. Modal kerja keras saja tidak cukup. Erick mendorong anak-anak muda Indonesia untuk punya kombinasi growth mindset, keberanian meraih peluang, dan kerja keras untuk bisa meraih peluang dan mimpi. Ia melihat kombinasi ini ada di diri pesepakbola Cristiano Ronaldo, yang berhasil membawa dirinya dari keluarga yang miskin hingga menjadi pemain inti di berbagai klub sepak bola besar, bahkan tetap berprestasi luar biasa di usianya saat ini.
"Ia dikenal sebagai sosok yang konsisten datang berlatih paling awal dan pulang paling akhir bahkan setelah menjadi salah satu pesepakbola terbaik di dunia, serta jitu dalam menentukan peluang dan langkah karir selanjutnya," katanya.
Kombinasi ini juga ia terapkan saat ia membeli saham mayoritas dan menjadi Presiden klub sepakbola Inter Milan. Ia menegaskan, tanpa kombinasi growth mindset, keberanian mengambil peluang, dan kerja keras, kita tidak bisa maju, makmur, dan bahkan mendunia.
Pada akhir sesi, Erick kembali memberi semangat kepada generasi muda. "Ada kesempatan di era digitalisasi ini, kita perlu superhero-superhero baru. Tetap semangat. Tetap berkarya. Kita sebagai kakak-kakak kalian, terus mendorong dan membuka jalan. Tinggal jalannya harus diambil, bukan diambil orang lain," katanya.