REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --Daerah Istimewa Yogyakarta melaporkan Covid-19 varian omicron sudah ditemukan di wilayahnya dengan 73 kasus positif. Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, 73 kasus positif omicron ini didapatkan dari hasil pemeriksan terhadap 83 sampel dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
Pembayun merinci, dari 83 sampel tersebut, 36 sampel diantaranya diperiksa oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DIY. Dari 36 sampel ini ditemukan 34 kasus positif omicron.
Sedangkan, 47 sampel lainnya diperiksa laboratorium UGM dengan hasil 39 sampel positif omicron. Pembayun menjelaskan, dalam pemeriksaan WGS tersebut juga ditemukan varian delta. Meskipun begitu, kasus positif dari varian ini tidak banyak. Setidaknya, ada delapan sampel yang ditemukan dengan hasil positif dari varian delta.
"Masih ada delta sebanyak delapan kasus, delta ada 17 persen yang diperiksa di UGM. Dari 39 yang positif omicron itu, 32 (kasus) kodenya BA1, artinya kebanyakan terjadi. Kalau BA2 artinya jarang ada," kata Pembayun di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022).
Sebagian besar sampel yang diperiksa dengan WGS tersebut merupakan pelaku perjalanan dan mereka yang melakukan pemeriksaan secara mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pembayun belum dapat memastikan apakah warga dengan KTP DIY ada yang masuk dalam 83 sampel yang diperiksa tersebut.
"Saya tidak bisa bilang KTP-nya mana, karena yang masuk di UGM saya tidak mendapatkan data by name by address. Kalau di BBTKLPP, (data yang ada) hanya lab pengirimnya. Saya belum bisa ngomong berapa KTP yang dari DIY," ujar Pembayun.
Meskipun begitu, seluruh sampel yang masuk ke laboratorium UGM maupun BBTKLPP berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di lima kabupaten/kota se-DIY. Pembayun juga tidak bisa memastikan sudah ada transmisi lokal terkait penyebaran omicron di DIY.
"Terus apakah transmisi lokal itu terjadi, teman-teman bisa menganalisanya kalau sebagian (besar sampel) yang (diperiksa dari riwayat periksa) mandiri dan (pelaku) perjalanan. Kita sepakat dengan teman-teman RS yang dirawat di RS kasus (dengan gejala) sedang, berat dan kritis," jelasnya.
Sampel yang diperiksa dengan WGS pun, kata Pembayun, memiliki beberapa kriteria. Salah satunya yakni sampel dari kasus positif Covid-19 yang sudah mendapatkan dosis lengkap vaksin dan sampel dari kasus dengan penyebaran Covid-19 yang cepat di suatu wilayah.
Terkait dengan sampel dari dari klaster-klaster Covid-19 di DIY, dimungkinkan juga menjadi bagian dari pemeriksaan WGS. Meskipun, data yang masuk ke laboratorium UGM maupun BBTKLPP merupakan sampel yang diterima dari fasyankes.
"Data yang ada itu banyak dari RS dan puskesmas. Apakah puskesmas mengambil dari klaster, harusnya kalau kita sepakat memakai pedoman kriterianya dikirimkan untuk pemeriksan WGS mestinya iya. Kalau WGS (kriteria sampel yang diambil) pasti ada kasus yang melonjak secara tajam, logikanya gitu aja," ujar Pembayun.
Walaupun penyebaran omicron yang ditemukan di DIY baru diumumkan, Kamis (10/2/2022) ini, sebelumnya laboratorium di DIY juga sempat menemukan dua kasus positif omicron. Namun, dua kasus tersebut merupakan kasus dari luar daerah dan tidak tercatat masuk dalam data DIY.
"Yang sebelumnya (kasus positif omicron) itu yang dari Cilacap, itu orang Jakarta ke Cilacap terus mampir di DIY. Ada satu lagi (kasus positif omicron) juga (yang sampelnya) dari Litbang (Kemenkes) yang juga orang Jakarta," kata Pembayun.