Kamis 10 Feb 2022 18:08 WIB

Dirut Pertamina Nilai Konversi Energi Harus Murah untuk Masyarakat

Nicke menyebut Pertamina dan Pemerintah mencari solusi berikan energi bersih murah

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menilai saat ini pemerintah dan semua stakeholder memang sedang mencari solusi untuk memberikan energi bersih yang murah bagi masyarakat. Ia menilai perlu ada skema yang jelas dan insentif yang bisa dirasakan baru oleh masyarakat.
Foto: Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menilai saat ini pemerintah dan semua stakeholder memang sedang mencari solusi untuk memberikan energi bersih yang murah bagi masyarakat. Ia menilai perlu ada skema yang jelas dan insentif yang bisa dirasakan baru oleh masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tetap berkomitmen untuk melakukan konversi energi demi mencapai net zero emission di 2060. Hanya saja, kendala yang dihadapi saat ini adalah konversi energi memakan ongkos mahal.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menilai saat ini pemerintah dan semua stakeholder memang sedang mencari solusi untuk memberikan energi bersih yang murah bagi masyarakat. Ia menilai perlu ada skema yang jelas dan insentif yang bisa dirasakan baru oleh masyarakat.

Baca Juga

“Gimana ada skema yang affordable biar masyarakat bisa mengakses EV-nya (Electric Vehicle ini. Bukan listriknya aja yang murah. Tapi motor dan mobilnya ini musti murah. Belum tentu di rumahnya bisa ngecharge. Banyak listriknya yang masih disubsidi. Nggak cuma butuh charging station, tapi baterai swap. Nah, affordably (terjangkau) ini yang penting,” jelas Nicke dalam diskusi G.20, Kamis (10/2).

Ketersediaan pasokan listrik juga tidak bisa mengandalkan dari interkoneksi. Menurut Nicke listrik dari interkoneksi atau jaringan harganya masih mahal serta tidak andal.

Sementara jika mengandalkan Energi Baru Terbarukan (EBT) listrik yang dihasilkan tidak bisa selalu masuk ke interkoneksi atau jaringan listrik. Sehingga listriknya bisa lebih murah.

“Kalau interkoneksi maka masih mahal. Green Energy itu nggak bisa ditransport. Listrik yang ditransport dan itu butuh interkoneksi dan itu akan mahal dan kurang andal. Kami ingin mendetailkan disitu. How to accelerate itu banyak idenya. Tapi bagaimana apa challange kita untuk mendorong transisi ini yang mandiri tapi murah untuk masyarakat?,” jelas Nicke.

Nicke menuturkan tantangan lainnya dalam kembangkan kendaraan listrik adalah pendanaan juga teknologi. Menurutnya Indonesia sampai sekarang belum memiliki teknologi yang mumpuni untuk kembangkan kendaraan listrik secara mandiri.

Baca: Pertamina Grand Prix of Indonesia Jadi Branding Resmi MotoGP Mandalika

Untuk itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang lebih berpengalaman. "Kita belum punya teknologi yang proven cepat kita gunakan. Global colaboration ini gapapa kita lakukan untuk bisa mengakses ke teknologi dan financing," ujar Nicke.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement