Jumat 11 Feb 2022 18:19 WIB

Rakyat Iran Rayakan 43 Tahun Garda Revolusi Islam

Ribuan mobil dan sepeda motor berparade di ibu kota Teheran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC). Rakyat Iran Rayakan 43 Tahun Garda Revolusi Islam
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC). Rakyat Iran Rayakan 43 Tahun Garda Revolusi Islam

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ribuan mobil dan sepeda motor berparade dalam perayaan peringatan berdirinya Garda Revolusi Islam Iran ke-43 tahun pada Jumat (11/2/2022). Parade dimulai dari beberapa titik di ibu kota Teheran dengan pusat titik kumpul berada di  Alun-alun Azadi.  

Presiden Ebrahim Raisi memberikan pidato saat sholat Jumat di sebuah masjid. Massa mengibarkan bendera Iran, meneriakkan slogan-slogan dan membawa plakat bertuliskan "Matilah Amerika" dan "Matilah Israel" dalam parade tersebut.

Baca Juga

Ini adalah tahun kedua peringatan lahirnya Garda Revolusi Iran dilakukan secara terbatas karena pandemi Covid-19. Parade hanya dilakukan dengan kendaraan. Sebelum pandemi, biasanya ribuan orang akan turun ke jalan melakukan parade untuk memperingati berdirinya Garda Revolusi Iran.

Perayaan itu terjadi di tengah negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dengan kekuatan dunia di Wina. Mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan JCPOA pada 2018. Dia kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi kepada Iran. sebagai tanggapan, Iran secara bertahap mengingkari komitmennya dan mulai meningkatkan pengayaan uranium hingga mendekat tingkat senjata nuklir. 

Iran meminta AS mencabut sanksi untuk menghidupkan kembali JCPOA. Sementara, AS bersedia kembali bergabung dengan JCPOA asalkan Iran menghentikan aktivitas peningkatan pengayaan uranium.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, negoasiasi kesepakatan JCPOA sudah di depan mata. Namun Psaki memperingatkan bahwa, jika kesepakatan tidak mencapai hasil dalam beberapa pekan mendatang dan Iran masih meningkatkan pengayaan uranium, maka AS tidak akan kembali ke JCPOA.

Sanksi AS dan pandemi Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian Iran. Pihak berwenang mengatakan, omicron menjadi varian yang dominan di Iran. Rumah sakit telah didesak untuk bersiap menghadapi gelombang baru Covid-19.

Iran mencatat angka kematian tertinggi akibat Covid-19 di Timur Tengah yaitu mencapai lebih dari 130 ribu. Sekitar 80 persen populasi Iran yang berusia di atas 18 tahun telah menerima vaksinasi lengkap. Sementara 27 persen dari total populasi Iran telah menerima suntikan booster atau dosis ketiga.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement