Ganjar Ajak Dialog Warga Wadas
Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Muhammad Fakhruddin
Bagian punggung telapak tangan sebelah kanan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo masih terlihat bengkak saat menyambangi warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2). Kendati begitu, gubernur memastikan kondisi cedera tangannya akibat insiden kecelakaan bersepada kian membaik. | Foto: dok. Istimewa
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo kembali mendatangi Desa Wadas, Purworejo, Ahad (13/2). Ganjar datang guna menemui warga yang kontra dengan pengukuran lahan untuk batu andesit. Dia meminta maaf atas peristiwa kurang menyenangkan yang terjadi pada Selasa (8/2) lalu.
Ganjar sekaligus mengajak berdialog warga di lokasi. Obrolan itu berlangsung kondusif serta santai namun serius. Beberapa kali, Ganjar dan warga tertawa saat ada hal yang lucu yang disampaikan warga dalam pertemuan itu. Ganjar dengan sabar mendengar cerita-cerita dan tuntutan warga.
"Kulo nyuwun ngapuro kalih panjenengan (saya minta maaf pada bapak/ibu) atas peristiwa yang terjadi. Makanya saya datang ke sini secara langsung. Yang kedua, saya ke sini ingin mendengarkan langsung dari masyarakat dari persoalan yang ada," kata Ganjar dalam keterangan, Ahad (13/2).
Usai mendengarkan keluhan warga, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengatakan akan menindaklanjuti hal yang terjadi. Selain itu, dia mengaku juga akan mengajak berdialog sejumlah pihak yang berkepentingan.
Ganjar menjelaskan, ada tiga hal yang akan dikerjakan setelah pertemuan dengan warga ini. Dia mengungkapkan, pertama pemerintah akan melakukan evaluasi teknis, kedua metode pendekatan dan ketiga terkait apa yang selama ini menjadi polemik, apakah yang pro atau kontra.
"Nah yang ketiga ini sepertinya kurang, makanya saya datang ke sini dan ingin mendengarkan secara langsung," katanya.
Disinggung terkait apakah tuntutan warga untuk mencabut izin lokasi penambangan, Ganjar mengatakan hal itulah yang akan dibicarakan secara teknis. Dia mengaku tidak bisa sekedar bicara cabut atau tidak cabutnkarena itu persoalan teknis.
"Itu yang saya katakan evaluasi teknis yang akan kami lakukan. Semua opsi masih ada peluang, makanya kita bicarakan," katanya.
Dalam dialognya, warga secara bergantian menyampaikan uneg-unegnya pada Ganjar. Sejumlah warga banyak menceritakan peristiwa penangkapan yang mereka alami.
"Kami takut pak, suami saya ditangkap tanpa tahu masalahnya. Sekarang di rumah dan kalau lihat polisi atau pria asing berbaju hitam jadi ketakutan. Setiap hari mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak-anak juga trauma pak," kata salah satu warga, Waliyah.
Warga lainnya, Ana menceritakan bahwa dia dan suaminya ditangkap oleh pihak kepolisian saat konflik terjadi. Dia mengatakan, suaminya ditangkap saat sedang berada di perjalanan menuju Purworejo, sementara dirinya ditangkap saat berada di desa.
"Kasihan anak saya pak, masih kecil. Bagaimana rasanya ditinggal kedua orang tuanya yang ditangkap polisi, pak. Kami warga masih trauma," katanya.