REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku pihakanya selalu melakukan pendekatan persuasif kepada warga terpapar Covid-19, agar mau dilakukan evakuasi ke tempat isolasi terpusat. Eri menyatakan, penempatan pasien tanpa gejala dan gejala ringan di tempat isolasi terpusat bertujuan mencegah munculnya klaster keluarga, serta dapat melakukan pemantauan secara intensif.
“Kita menggunakan cara persuasif untuk memberikan edukasi kepada warga yang terpapar Covid-19, khususnya yang bergejala ringan untuk dirawat di Isoter,” kata Eri di Surabaya, Senin (14/2/2022).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengakui, terdapat masyarakat yang tidak berkenan untuk dievakuasi ke tempat isoter yang telah disediakan Pemkot Surabaya. Terutama masyarakat yang memiliki rumah memadai untuk melakukan isolasi mandiri.
“Karena ada yang tinggal sendiri di rumah dan rumah itu sudah memenuhi kriteria sebagai tempat isoter,” kata Nanik.
Nanik menerangkan, melalui pendekatan persuasif, ia bersama jajarannya langsung memberikan edukasi dan pengarahan kepada warga yang terkonfirmasi positif. Agar masyarakat yang terkonfirmasi positif dengan kondisi asimtomatik dan ringan, bisa melakukan isolasi di tempat Isoter.
"Agar kami bisa memberikan pemantauan intensif kepada pasien selama dalam perawatan sampai dengan sembuh,” ujarnya.
Nanik menjelaskan, di tempat isolasi terpusat di Asrama Haji terdapat 344 pasien yang menjalani isolasi. Sedangkan tingkat kesembuhan harian di Asrama Haji dari total pasien yang dirawat diakuinya mencapai 40-50 persen.
Nanik melanjutkan, untuk tenaga medis yang berjaga di Asrama Haji juga ditambah konsulen dari seluruh spesialistik dengan tiga shift kerja setiap harinya. “Jumlah dokter yang standby adalah sebanyak tujuh dokter umum dan spesialis. Sebagai tindak lanjut, swab di Asrama Haji juga dilakukan setiap hari,” kata dia.