Selasa 15 Feb 2022 17:00 WIB

Elektabilitas PDIP Tertinggi di Jawa Barat Usai Kasus Arteria Dahlan

Kasus Arteria Dahlan terkait etnis Sunda berdampak negatif terhadap elektabilitas PDI

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPD PDIP Provinsi Jabar Ono Surono memberikan keterangan terkait kasus Arteria Dahlan yang menyinggung suku Sunda. (Ilustrasi)
Foto: Istimewa
Ketua DPD PDIP Provinsi Jabar Ono Surono memberikan keterangan terkait kasus Arteria Dahlan yang menyinggung suku Sunda. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Muzani Research & Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbarunya terkait opini publik masyarakat Jawa Barat. Salah satunya, terkait elektabilitas partai politik jika pemilihan umum digelar hari ini.

Urutan pertama ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan elektabilitas sebesar 16 persen, meningkat dari perolehan suara pada Pemilu 2019 yang sebesar 14,3 persen. Kedua ada Partai Gerindra sebesar 14,8 persen.

"Urutan pertama itu ditempati oleh PDI-P dan Gerindra, agak sulit kita menentukan mana yang lebih unggul di antara dua partai karena di bawah margin of error selisihnya," ujar Manager Program SMRC, Saidiman Ahmad dalam rilis daringnya, Selasa (15/2).

Di bawah PDIP dan Gerindra terdapat Partai Keadilan Sejahtera (9,2 persen), Partai Golkar (8,1 persen), Partai Demokrat (5,9 persen), dan Partai Kebangkitan Bangsa (5,1 persen). "Dukungan terhadap partai-partai lain di bawah 3 persen dan masih ada 32,7 persen (responden) yang belum tahu atau tidak menjawab," ujar Saidiman.

Kendati demikian, kasus Arteria Dahlan yang disebutnya memberikan dampak negatif terhadap PDIP untuk pemilih di Jawa Barat. Sebab, 66 persen publik di provinsi tersebut mengetahui pernyataan yang dinilai menyinggung etnis Sunda.

Dari 66 persen tersebut, 64 persen di antaranya mengaku setuju bila anggota Komisi III itu telah menyinggung etnis Sunda. "Mayoritas di antaranya 64 persen dari 66 persen dari yang tahu itu menyatakan setuju jika dikatakan Arteria Dahlan telah menyinggung etnis Sunda," ujar Saidiman.

"Isu atau kasus Arteria Dahlan terkait etnis Sunda berdampak negatif terhadap elektabilitas PDI Perjuangan," sambungnya.

SMRC melakukan survei melalui telepon dengan total sampel 801 responden. Sampel dipilih secara acak dari populasi warga Jawa Barat yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon.

Wawancara dilakukan pada 5-8 Februari 2022. Pembobotan data dilakukan sehingga profil demografi sampel proporsional terhadap populasi hasil sensus, dengan margin of error survei diperkirakan 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement