REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Allah SWT telah menunjukan kekuasaanya dengan memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) dalam peristiwa Isra dan Miraj dengan tubuh dan nyawa. Peristiwa ini bukan mimpi dan bukan khayalan seperti yang telah orang kafir narasikan.
Prof Dr Buya Hamka mengatakan, menurut hadits-hadits yang shahih dari kitab-kitab sunnah menerangkan bahwa kejadian itu ialah pada malam 27 Rajab, tahun ke-11 daripada kerasulan beliau. Di mana peristiwa itu ketika Rasulullah sedang tidur di rumah Ummi Hani' binti Abu Thalib, salah seorang mu'minat dari keluarga beliau.
"Beliau sembahyang dahulu di waktu Isya' setelah itu beliau tidur," tulis Prof Dr Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar.
Setelah waktu Subuh beliau ceritakan kepada Ummi Hani' bahwa tadi malam beliau diperjalankan dari Masjidil-Haram ke Baitul Maqdis. Maka berkatalah Ummi Hani': Wahai Nabi Allah! Janganlah engkau ceriterakan hal ini kepada orang, nanti engkau didustakannya dan disakitinya."
Nabi Muhammad pun menjawab: Demi Allah! Mesti aku ceritakan." Maka pergilah Rasulullah untuk menceritakannya.
Menurut beberapa riwayat, bahwa pada pagi itu, Rasulullah termenung bagaimana cara untuk menyampaikannya. Namun, kemudian akhirnya, beliau memulainya untuk menceritakan tentang Isra', dan belum diceriterakannya tentang Mi'raj, yang sama dialaminya di malam itu.
Rasulullah pergi ke masjid. Di sana bertemu Abu Jahal. Lalu Abu Jahal bertanya sambil berolok:
"Ada berita baru?"
Beliau jawab: "Ada!"
Kata Abu Jahal: "Apa?"
Beliau jawab: "Saya diperjalankan tadi malam ke Baitul Maqdis."
"Ke Baitul Maqdis?" Tanya Abu Jahal.
Abu Jahal bermaksud mengumpul orang Quraisy untuk mendengar cerita Muhammad yang dia tidak percaya itu, dan Nabi pun ingin orang berkumpul supaya diceriterakannya apa yang telah dialaminya itu dan disampaikannya.
Setelah orang berkumpul, berkata Abu Jahal: "Mulailah! Orang Quraisy telah mulai berkumpul di balairung mereka. Ceriterakanlah kepada mereka apa yang engkau ceriterakan kepadaku tadi."
Lalu Rasulullah SAW menceriterakan apa yang dilihatnya, bahwa tadi dia di Baitul Maqdis, sembahyang di sana. Mendengar itu ada orang-orang Quraisy itu yang bertepuk tangan, ada yang bersiul, sebagai mencemuh dan mendustakan berita yang tidak masuk akal mereka itu.
"Dan pecahlah khabarnya di seluruh Makkah," tutur Prof Hamka.
Maka ada orang datang kepada Abu Bakar menceriterakan apa yang dikhabarkan Nabi itu. Maka kata Abu Bakar: "Kamu dustakankah itu? Kalau begitu yang dia katakan, benarlah yang dikatakannya itu!"
Kemudian dia temui Rasulullah, banyak musyrikin Quraisy mengiringkan. Ditanyanya sekali lagi dan dijawab oleh beliau di hadapan mereka. Ketika ditanyakan bagaimana rupa Baitul Maqdis, beliau jawab dengan tepat. (Kisah sanggahan Abu Jahal dan iman Abu Bakar ini dari keterangan Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah, juzu' 3, halaman 113).
Baca juga : Hikmah Isra Miraj: Jangan Pernah Ghibah
Orang Quraisy sampai bertanya: Kalau benar engkau baru saja kembali dari Baitul Maqdis, adakah engkau lihat di jalan 'irr (rombongan) kafilah perniagaan kami? Berapa ekor untanya dan betapa keadaannya? Dengan tegas beliau jawab rombongan itu sekarang tengah menuju pulang, sekian banyak orangnya dan sekian banyak untanya; hari ini ketika matahari terbit sampailah rombongan itu. Unta yang di muka sekali putih warnanya. Demikian penjelasan beliau secara terperinci.
Maka pada hari yang beliau tentukan itu ada mereka yang pergi menunggu keluar kota. Ada yang berkata: "Mana dia? Matahari sudah terbit. Mereka belum nampak!" Tiba-tiba berkata temannya: "ltu dia, sudah datang! Di muka sekali unta putih!"