REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Perajin tahu dan tempe di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali memproduksi tahu dan tempe pada Kamis (24/2/2022), usai melakukan aksi mogok selama tiga hari pada Senin (21/2) hingga Rabu (23/2). Per Kamis (24/2), perajin menyebut, menaikkan harga serta memperkecil ukuran tahu dan tempe, imbas dari harga kedelai yang masih tinggi.
"Kalau harga kedelai naik pasti harga tempe ikut naik. Ukuran paling kecil harganya Rp 4.000, sekarang jadi Rp 5.000," kata Tawasul, salah satu perajin tempe di kawasan Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangsel, Provinsi Banten, Kamis (24/2).
Selain menaikkan harga, Tawasul menuturkan, ukuran komoditas pangan tersebut juga tetap diperkecil. Hal itu dilakukan agar para perajin tempe masih dapat memperoleh keuntungan di tengah harga kedelai yang terus meroket.
"Tetap dikecilin karena kalau tetap segitu enggak ada untung. Karena hampir setiap hari harga kedelai naik, kecuali kalau kenaikan harga kedelai hitungan bulan," ucap Tawasul.
Berdasarkan penuturan Tawasul, harga kedelai saat ini sudah bergerak di angka Rp 1,2 juta per kuintal. Padahal tiga hari yang lalu saat memulai mogok produksi, harganya Rp 1,15 juta per kuintal.
Kendati demikian, dia menyebut, kenaikan harga yang dipatok ke pasar pada tiap potong tempe tidak bisa mencapai lebih dari Rp 1.000. "Paling gede (kenaikan harga) Rp 1.000, kalau lebih dari itu konsumen pada teriak keberatan buat beli," ucap Tawasul.
Dia menyebut, para perajin tempe tidak akan menaikkan harga komoditas produksinya jika kenaikan harga kedelai tidak mengalami kenaikan yang terus-terusan dalam waktu yang singkat. "Kita sih perajin inginnya, boleh harganya naik tiap berapa bulan, tapi jangan baru berapa hari sudah naik lagi," kata Tawasul.