REPUBLIKA.CO.ID, MEDYKA -- Komisaris Tinggi Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi menyatakan jumlah pengungsi yang meninggalkan Ukraina merupakan krisis kemanusiaan yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II. Hanya dalam 11 hari, ada 1,5 juta orang telah mencari keselamatan ke negara tetangga.
Arus pengungsi terus berlanjut, bahkan ketika koridor kemanusiaan yang dimaksudkan untuk memudahkan pelarian para pengungsi runtuh secepat mereka disepakati di dalam Ukraina. Grandi mengatakan koridor kemanusiaan juga sangat penting untuk memungkinkan barang-barang kebutuhan dasar sampai kepada mereka yang membutuhkan dan untuk mengevakuasi yang paling rentan.
"Tapi yang dibutuhkan sebenarnya adalah gencatan senjata, akhir dari permusuhan, karena itulah satu-satunya cara untuk menghentikan tragedi ini,” kata Grandi pada Ahad (6/3/2022).
Sentimen tersebut digaungkan pula oleh Paus Fransiskus yang membuat seruan kuat untuk perdamaian pada akhir pekan. Dia memohon untuk mengakhiri serangan bersenjata dan menempatkan negosiasi paling depan.
Dalam langkah yang sangat tidak biasa, Paus mengatakan dia telah mengirim dua Kardinal ke negara yang dilanda perang. Tindakan ini menandakan bahwa Vatikan siap melakukan segalanya demi terwujudnya perdamaian.
"Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir. Ini bukan hanya operasi militer, tetapi perang yang menyebarkan banyak kehancuran dan kesengsaraan. Korban terus bertambah banyak, sama seperti orang-orang yang melarikan diri," kata Paus selama pemberkatan akhir pekan.