REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menyebut tema kebinekaan harus sering digaungkan agar masyarakat semakin memahami dan menghargai tentang perbedaan. Hal tersebut disampaikan Ngabalin usai mengisi acara dengan tema "Satukan Langkah Dalam Kebinekaan untuk Indonesia" di RRI Surakarta, Jumat (11/3/2022).
"(Perlu) bicara tentang keragaman, Indonesia ke depan seperti apa, moderasi tentang keberagaman," katanya
Menurut dia, materi-materi tersebut perlu dibicarakan di tengah republik ini sehingga bisa memberikan dampak yang lebih positif bagi generasi muda."Kalau materi-materi ini tidak diangkat atau tidak dibicarakan di tengah republik ini bayangkan kayak apa nanti generasi kita, dia bisa membenci orang Katolik, Protestan, termasuk membenci Islam," katanya.
Ia mengatakan perbedaan adalah sunnatullah. Di antara perbedaan itu Indonesia sudah teruji selama 76 tahun sejak merdeka. Meski demikian, ia sedikit menyayangkan kondisi saat ini ketika banyak bermunculan berita bohong.
"Betapa dasyatnya itu netizen, medsos, orang menyebarkan berita bohong. Siapa yang bisa jamin Indonesia masih ada di tahun 2045, nggak ada. Makanya (tema ini) penting," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Fasilitator Pusat Studi Pengamalan Pancasila Universitas Sebelas Maret (UNS) Akhmad Ramdhon mengatakan pandemi Covid-19 menguji rasa kemanusiaan setiap orang."Baru kita sadar bahwa etnis apa pun kita tidak peduli, saling bahu-membahu," katanya.