REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wilayah III Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan melibatkan kelompok perempian dalam pengelolaan TNKS. Ada empat kelompok komunitas perempuan peduli lingkungan yang sudah bermitra dengan TNKS.
"Mungkin yang kami lakukan ini sebetulnya belum ada apa-apanya untuk pelibatan perempuan dalam pengelolaan TNKS," ujar Kepala Bidang TNKS Wilayah III Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, Muhammad Zainuddin, saat menjadi pembicara dalam Festival Ibu Bumi memperingati International Women’s Day (IWD) 2022.
"TNKS ini sangat luas sekali. Hampir 1,4 juta hektar, berada 15 di kabupaten/kota dan terdapat di 4 Provinsi. Mungkin yang kami lakukan khususnya di Kabupaten Rejang Lebong ini mungkin bisa jadi pemicu untuk semuanya," kata Zainuddin.
Zainuddin menjelaskan, setiap kelompok yang bermitra dengan TNKS memiliki klasifikasi masing-masing. Pertama adalah kelompok Maju Bersama, sebagai ruang bagi TNKS untuk menyerap aspirasi masyarakat dekat kawasan sejak sebelum ada aturan kemitraan.
Setelah PKS-nya ditandatangani menyusul kemudian terbentuknya kelompok kedua yaitu Karya Mandiri. Kelompok ini berupa pemberian akses untuk diizinkan memanfaatkan potensi yang ada di kawasan TNKS, berupa bambu dan tanaman pepulut, bahan kue.
Tak berhenti di situ, dengan sosialisasi menggunakan pendekatan dialogis kepada warga TNKS kemudian bisa menggandeng kembali masyarakat sekitar kawasan untuk bermitra mengelola kemanfaatan TNKS. Lahirlah kemudian kelompok Sejahtera dan Sumber Jaya.
"Semua lahannya di dalam Taman Nasional Kerinci Seblat. Tapi mereka (Sejahtera dan Sumber Jaya, red.) bergerak sebagai pemulihan ekosistem. Mereka berkegiatan menanam tanaman yang produktif yang hasilnya bisa untuk kebutuhan rumah tangga dan punya nilai ekonomis," jelasnya.
Zainuddin kemudian menegaskan, sebagai pengelola kawasan taman nasional sudah saatnya menggandeng masyarakat sekitar untuk terlibat secara langsung, khususnya perempuan. Ia pun berharap dalam setiap provinsi ada kelompok perempuan yang lahir.
"Tidak banyak yang kami lakukan, tapi kami sudah memulai itu. Kami berharap nanti setiap provinsi ada komunitas perempuan yang ikut andil untuk pengelolaan kawan Taman Nasional," ujarnya.
Zainuddin melihat perempuan memiliki kekuatan tersendiri dalam mengelola dan memperjuangkan hak kelola kawasan taman nasional. "Perempuan antusiasnya tinggi dalam menjaga dan mengelola lingkungan. Mereka memiliki kehati-kehatian," ucapnya.