Rabu 16 Mar 2022 18:29 WIB

Saham Dunia Pulih Saat Pembicaraan Ukraina, Fed Dukung Imbal Hasil AS

Investor memperkirakan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga 25 basis poin.

Seorang pria berjalan melewati sebuah bangunan yang rusak akibat penembakan di Mira Avenue (Avenue of Peace) di Mariupol, Ukraina, Ahad 13 Maret 2022. Pasar saham dunia pulih pada Rabu (16/3/2022) karena pasar mengamati tanda-tanda harapan dalam konflik Ukraina.
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Seorang pria berjalan melewati sebuah bangunan yang rusak akibat penembakan di Mira Avenue (Avenue of Peace) di Mariupol, Ukraina, Ahad 13 Maret 2022. Pasar saham dunia pulih pada Rabu (16/3/2022) karena pasar mengamati tanda-tanda harapan dalam konflik Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pasar saham dunia pulih pada Rabu (16/3/2022) karena pasar mengamati tanda-tanda harapan dalam konflik Ukraina. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2019 untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga AS pertama dalam tiga tahun. Harapan stimulus China juga mendorong saham.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Rabu bahwa pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina terdengar lebih realistis tetapi lebih banyak waktu diperlukan, ketika serangan udara Rusia menewaskan lima orang di ibukota Kyiv dan jumlah pengungsi dari invasi Moskow mencapai 3 juta. Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengatakan beberapa perumusan kesepakatan dengan Ukraina hampir disepakati.

Baca Juga

Pemerintah Barat telah menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia atas invasi tersebut, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus. "Sanksi ini mungkin berhasil, semoga itu akan memberi tekanan pada kedua belah pihak untuk berunding dan bernegosiasi," kata Gregory Perdon, co-chief investment officer di Arbuthnot Latham. 

Dia menambahkan bahwa invasi dapat meredam laju kenaikan suku bunga Fed. "Saya tidak melihat ini sebagai sekejap dalam konflik militer, itu telah mengakibatkan guncangan besar bagi pasar minyak."

Investor memperkirakan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin di tengah lonjakan harga pada Rabu. Pedagang juga akan mengawasi Fed untuk rincian tentang bagaimana rencananya untuk mengakhiri program pembelian obligasi.

Indeks ekuitas dunia MSCI menguat 0,87 persen, menjauh dari posisi terendah satu tahun yang dicapai di sesi sebelumnya. Indeks S&P berjangka naik 0,79 persen setelah saham AS menikmati reli semalam di Wall Street, didorong oleh harapan resolusi di Ukraina.

Indeks S&P 500 melonjak 2,14 persen, Komposit Nasdaq terangkat 2,92 persen dan Dow Jones Industrial Average menguat 1,82 persen.

Saham Eropa bertambah 2,2 persen dan indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melonjak 4,2 persen setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan Beijing akan meluncurkan lebih banyak langkah untuk meningkatkan ekonomi China, serta langkah kebijakan yang menguntungkan bagi pasar modal. Saham-saham unggulan China melambung 4,2 persen.

Pada Rabu, otoritas kesehatan China melaporkan sedikit penurunan kasus COVID-19 baru dibandingkan dengan sehari sebelumnya, meskipun kota-kota besar China terus bergulat dengan pengendalian penyebaran virus.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,204 persen karena harapan kenaikan suku bunga Fed, tertinggi sejak Juni 2019. Imbal hasil obligasi lima tahun naik menjadi 2,149 persen, tertinggi sejak Mei 2019.

Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Jerman naik ke level tertinggi sejak November 2018 di 0,387 persen.

Rusia memiliki 117,2 juta dolar AS pembayaran bunga yang jatuh tempo pada dua eurobonds berdenominasi dolar pada Rabu. Kementerian keuangannya mengatakan akan melakukan pembayaran dalam rubel jika sanksi mencegahnya membayar dalam dolar, sebuah langkah yang akan dilihat pasar sebagai default atau gagal bayar.

Dolar AS turun 0,2 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, diperdagangkan pada 98,708, dan stabil terhadap yen di 118,30 meskipun dekat dengan tertinggi lima tahun sesi sebelumnya.

Jepang melaporkan defisit perdagangan yang lebih besar dari perkiraan pada Februari karena lonjakan biaya impor yang didorong oleh energi disebabkan oleh kendala pasokan besar-besaran yang menambah kerentanan bagi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.

Euro menguat 0,33 persen menjadi 1,0989 dolar. Pasar saat ini bergulat dengan risiko geopolitik, risiko ekonomi makro, risiko harga dan reaksi bank sentral, kata analis Commerzbank.

"Jika salah satu bola diabaikan, mungkin saja mereka semua pergi ke mana-mana, dalam bentuk harga mengamuk."

Harga minyak telah bergejolak sejak invasi Ukraina. Patokan global minyak mentah Brent naik 2,38 persen menjadi 102,22 dolar AS per barel, dan minyak mentah AS bertambah 1,62 persen menjadi 98,08 dolar AS. Emas spot sedikit berubah pada 1.918,95 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement