Selasa 22 Mar 2022 04:30 WIB

Telaga Nabi Muhammad yang Diingkari Orang Muktazilah

Orang muktazilah mengingkari telaga Nabi Muhammad.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Telaga Nabi yang Diingkari Orang Muktazilah. Foto:   Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Telaga Nabi yang Diingkari Orang Muktazilah. Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Al Haudh dalam arti bahasa adalah Telaga. Dalam bahasa Arab, Al Haudh artinya “Air yang tergenang dalam jumlah besar, tetapi bukan lautan. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari telah dijelaskan tentang telaga Nabi Muhammad SAW. 

Nabi SAW bersabda dalam riwayat Abdullah bin Umar:

Baca Juga

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (حوضي مسيرةُ شهر، ماؤُه أبيض من اللبن، وريحُه أطيب من المِسك، وكيزانُه كنجومِ السماء، من شرِب منها فلا يظمأُ أبداً)

Artinya: “Telagaku seluas perjalanan selama satu bulan dan panjang tepi-tepinya sama dengannya. Air telaga itu lebih putih dari susu, wanginya lebih wangi dari minyak misk, cangkirnya sejumlah bintang-bintang yang ada di langit. Maka barangsiapa yang telah meminum air telaga tersebut, niscaya dia tidak akan merasakan haus selama-lamanya.” (HR Bukhari).

Imam Asy’ari menjelaskan dalam buku Al-Ibanah: Rujukan Orisinal Akidah Asy’ariyah terbitan Turos bahwa orang-orang Mu’tazilah mengingkari adanya telada Nabi (Haudh). Padahal, ada hadits Nabi yang menyebutkan telaga ini yang diriwayatkan melalui berbagai jalur periwayatan sanad oleh para sahabat tanpa perselisihan.

Diriwayatkan dari Affan, dia berkata,”Hammad bin Salamah menuturkan kepada kami, dari Ali bin Zaid, dari Hasan, dari Anas bin Malik bahwa dia menuturkan mengenaui telaga Haudh kepada Ubaidillah bin Ziyad, tetapi dia mengingkarinya. Kemudian berita itu sampai kepada Anas, dia berkata, ‘Demi Allah aku akan datangi dia!’ (Perawi) berkata, ‘Dia pun mendatanginya lalu berkata, ‘Mengapa engkau mengingkari keberadaan telada Haudh?’

Ubaidillah berkata, ‘Apakah engkau pernah mendengar Nabi menyebutkannya?’

Anas menjawab, ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda berkali-kali, “Jarak di antara kedua tepi telaga Haudh adalah seperti jarak antara kota Ailah dan Makkah atau jarak antara Shana’a dan Makkah. Bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang di langit.”

Imam Asy’ari pun berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kesempatan baginya untuk meminum seteguk air telaga yang selamanya takkan mengalami haus. "Ya Allah, berikanlah kesempatan bagi kami meminum seteguk  air telaga  yang kami selamanya takkan mengalami haus setelah meminumnya," jelas Imam Asy'ari dalam kitabnya ini. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement