Perkawinan Anak Pengaruhi Angka Kematiun Ibu dan Bayi
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perkawinan Anak Pengaruhi Angka Kematiun Ibu dan Bayi (ilustrasi). | Foto: MGROL100
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Ketua Umum Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jatim Arumi Bachsin, mengungkapkan angka perkawinan anak di Jawa Timur masih tinggi. Tingginya angka perkawinan anak tersebut sejalan dengan meningkatnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
“Penanganan perkawinan anak di Jatim menjadi prioritas karena grafiknya yang sangat tinggi. Bahkan selama pandemi grafik perkawinan anak justru meningkat,” kata Arumi, Rabu (23/3).
Arumi menambahkan, ada beberapa penyebab meningkatnya perkawinan anak. Yakni pengaruh gadget, kultur, dan married by accident (MBA). Menurutnya, solusi untuk pencegahan pernikahan anak adalah sosialisasi dan menyatukan pikiran dengan para orang tua untuk bersama-sama mencegah perkawinan anak.
“Jadi biasanya MBA ini kan dinikahkan daripada menanggung malu. Padahal kalau menikah karena ketidaksiapan kan bisa mempengaruhi keharmonisan rumah tangga,” ujarnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan meningkatnya pernikahan anak ini disebabkan oleh persoalan kemiskinan. Ia menambahkan ada pandangan yang berkembang pada masyarakat jika dengan pernikahan bisa meringankan kondisi ekonomi keluarga. “Padahal ini tetap menjadi beban setelah anak-anak menikah,” ujarnya.
Khofifah merinci, pernikahan anak tertinggi di Jatim berada di Kabupaten Malang, terutama Malang Selatan. Kemudian Jember, Pamekasan, dan Banyuwangi. Ia berharap agar itervensinya bisa lebih fokus, sehingga daerah yang intensitas pernikahan anak tinggi, bisa lebih ditekan.