Jumat 11 Mar 2022 21:56 WIB

Pernikahan Dini Bisa Lahirkan Anak Kerdil

Sangat penting memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada masyarakat.

Red: Ani Nursalikah
Seorang ibu mengendong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di desa Bokong, Kabupaten Kupang, NTT, Kamis (2/12/2021). Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, tren prosentasi balita stunting di NTT tahun 2018-2020 konsisten menurun dari 35,4 persen pada tahun 2018, menjadi 30,3 persen pada 2019, dan tahun 2020 menjadi 28,2 persen dari total 95 ribuan anak. Pernikahan Dini Bisa Lahirkan Anak Kerdil
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha/foc.
Seorang ibu mengendong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di desa Bokong, Kabupaten Kupang, NTT, Kamis (2/12/2021). Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, tren prosentasi balita stunting di NTT tahun 2018-2020 konsisten menurun dari 35,4 persen pada tahun 2018, menjadi 30,3 persen pada 2019, dan tahun 2020 menjadi 28,2 persen dari total 95 ribuan anak. Pernikahan Dini Bisa Lahirkan Anak Kerdil

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan nikah dini atau pernikahan di usia yang belum berumur 18 tahun dapat mempengaruhi stunting atau kekerdilan pada anak yang dilahirkan.

"Nikah dini mempengaruhi stunting, bukan kebalikannya, stunting mempengaruhi nikah dini, tapi nikah dini membuat stunting, yes," kata Hasto usai peluncuran program "Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan dalam Tiga Bulan Pranikah untuk Cegah Stunting dari Hulu kepada Calon Pengantin" di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (11/3/2022).

Baca Juga

Menurut dia, orang-orang yang melakukan pernikahan di usia antara 16 sampai 17 tahun panggulnya belum mencapai 10 sentimeter sehingga akan berpengaruh pada proses persalinan. "Padahal kepala bayi diameternya 10 Cm kurang dikit, dia tidak bisa lahir, makanya akibat nikah dini banyak kematian ibu, kematian bayi, dan stunting," kata Hasto.

Dia mengatakan nikah dini yang dicerminkan dari orang yang hamil usia antara 15 sampai 19 tahun sekarang ini angkanya 20 per 1.000 pernikahan. "Saya mengukurnya dari angka pernikahan dini itu 20 per 1.000 orang nikah, jadi setiap 1.000 pernikahan ada 20 nikah dini, itu data terkininya di tahun 2021," katanya.

Guna mengantisipasi hal itu, kata dia, sangat penting memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada masyarakat sehingga ia mendorong agar bagaimana pendidikan reproduksi diberikan secara lebih baik lagi dan terbuka lagi. "Dan pendidikan kesehatan reproduksi jangan kita diskreditkan sebagai sexual education, pelajaran tentang hubungan seks, pelajaran seks beda dengan pelajaran hubungan seks, jangan karena kita ingin memberikan pelajaran tentang seks disangka ingin memberikan pelajaran tentang hubungan seks," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, makanya pemahaman ini yang perlu disebarluaskan kepada masyarakat, utamanya remaja, agar mereka takut untuk kawin dini, apalagi kawin dini bisa menyebabkan kanker mulut rahim. "Itu yang menurut saya penting, menurut saya pendidikan kesehatan reproduksi itu perlu, karena yang diberikan di sekolah secara vulgar dalam arti secara terstruktur di dalam sistem itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement