REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Rusia dan Turki menyaingi Inggris serta Irlandia untuk menjadi tuan rumah Piala Eropa 2028. Sorotan tentu saja mengarah ke negeri berung merah.
Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu telah dikucilkan dari komunitas olahraga internasional. Tak terkecuali di sepak bola. Itu karena agresi militer yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina.
Klub-klub sepak bola dari negeri tersebut sudah dilarang mengikuti kompetisi UEFA. Timnas pun demikian. Artem Dzyuba dan rekan-rekan tidak diperbolehkan aktif di agenda terdekat, yakni play off menuju Piala Dunia 2022.
Artinya, tak ada ruang bagi mereka untuk berkreasi dalam lingkup sepak bola global. Kecuali sudah tercipta perdamaian di Eropa Timur, maka situasi bisa berbeda. Untuk saat ini, skuad polesan Valeri Karpin dilarang aktif di lapangan.
"Meskipun ada penangguhan untuk klub dan timnas mereka dari FIFA dan UEFA, karena invasi ke Ukraina, negara itu (Rusia) dan Turki secara mengejutkan mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah kompetisi (Piala Eropa 2028)," demikian laporan yang dikutip dari Sky Sports, Kamis (24/3).
Belum berhenti sampai di situ. Rusia dan Turki juga menyatakan minat untuk menjadi tuan rumah Euro 2032. Dua negara tersebut menyaingi Italia.
Piala Eropa 2024 berlangsung di Jerman. UEFA akan mengumumkan tuan rumah euro 2028 dan 2032 pada bulan September 2023.
Terlepas dari situasi terkini, Rusia pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Federasi Sepak bola negara tersebut tidak mendapat hukuman dari FIFA dan UEFA. Hanya timnas dan klub yang ditangguhkan.
Itulah mengapa mereka merasa memiliki hak untuk mengajukan diri. "Jika itu terjadi, tawaran iitu akan dibatalkan. Komite eksekutif UEFA siap untuk membuat keputusan menangguhkan Federasi Sepak Bola Rusia," kata kepala reporter Sky Sports News Kaveh Solhekol.
Menurutnya, ada aturan tegas dalam UEFA yang mengatur hal ini. Isinya, hanya asosiasi anggota UEFA yang tidak ditangguhkan, dikucilkan, atau dibubarkan yang dapat mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah kompetisi.