Jumat 25 Mar 2022 16:40 WIB

Tani Centre IPB Pantau Ancaman Belalang Kembara di Pulau Sumba

Tani Centre IPB lakukan pemetaan populasi dan eksplorasi musuh alami belalang kembara

Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara Ramah Lingkungan
Foto: istimewa
Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara Ramah Lingkungan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Populasi hama belalang kembara yang semakin meningkat telah menarik perhatian Tani Centre IPB University. Digandeng Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertania, Tani Centre IPB melakukan pemetaan populasi dan eksplorasi musuh alami belalang kembara.

Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc, kepala Tani Centre IPB, mengatakan saat ini keberadaan hama belalang kembara sudah mulai mengkhawatirkan.

“Kegiatan pemetaan dan eksplorasi selama sepekan di Pulau Sumba ini telah mengumpulkan data-data yang diperlukan tim untuk menentukan rekomendasi strategi pengelolaan belalang kembara ke depan,” kata Hermanu dalam keterangannya di Bogor, Jumat (25/3).

Hermanu juga menegaskan perlu adanya aksi nyata dari para pihak, termasuk di antaranya IPB. Aksi nyata ini, kata dia, dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan hama belalang kembara sebagaimana yang pernah terjadi pada dekade 1970-an.

“Apabila tidak dilakukan penanganan, dikhawatirkan belalang kembara ini akan mengancam produksi pangan Pulau Sumba. Belalang kembara merupakan hama endemik di Pulau Sumba. Sekarang ini populasinya mulai meningkat,” ujarnya.

Tani Centre IPB merupakan salah satu komponen dari Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara Ramah Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tim ini dibentuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan.

Dalam tim ini terlibat sejumlah pakar, mulai dari dunia pendidikan seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Timor dan Universitas Cendana). Lalu ada juga Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Nusa Tenggara Timur  (NTT) dan BPTP Provinsi NTT.

“Pembentukan tim ini merupakan salah satu tindak lanjut pengelolaan belalang kembara di Pulau Sumba,” kata Dr. Mohammad Takdir Mulyadi, direktur Perlindungan Tanaman Pangan yang juga menjadi ketua tim.  

Mulyadi mengatakan penanganan hama belalang kembara ini dalam jangka panjang akan diupayakan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian ramah lingkungan.

“Tim akan melakukan eksplorasi agens pengendali hayati spesifik Pulau Sumba yang nantinya akan dimanfaatkan untuk mengendalikan belalang kembara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain ini juga akan diupayakan konservasi musuh alami yang saat ini populasinya sudah langka.”

Mulyadi menjelaskan selama seminggu, tim telah mengumpulkan data-data melalui monitoring secara langsung di berbagai kecamatan yang menjadi kantung populasi belalang kembara yang ada di pulau Sumba  (Kab. Sumba Timur dan Sumba Tengah) dan pulau Timor (kab TTU dan Belu).

Beberapa strategi yang direkomendasikan oleh tim, kata dia, diantaranya adalah konservasi musuh alami melalui peraturan perundangan seperti perlindungan burung branjangan Sumba. Rekomendasi lainnya adalah menggali potensi pengendalian ramah lingkungan seperti agens pengendali hayati, parasitoid dan predator, memanfaatkan potensi belalang kembara sebagai bahan pakan ternak, serta membangun database terkait belalang kembara.

“Dengan ditetapkannya strategi tersebut diharapkan para stakeholder yang terkait dapat bersinergi untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan hama endemik Pulau Sumba tersebut,” kata Mulyadi.

Secara umum, pakar yang telah melakukan pengamatan ini diantaranya adalah Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc (IPB), Dr. Paulus Taek, M.S. (Univ. Nusa Cendana), Dr. Nikolas Nik, SP., M.Si serta Aloysius Rusae, SP. M.Si (Univ. Timor). Para pakar telah bekerja selama sepekan, mulai 14 Maret lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement