REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Ramadhan selain sebagai momen meningkatkan spirit ibadah, juga dapat meningkatkan kualitas hubungan antar keluarga di rumah. Karena saat Ramadhan banyak momen yang membuat keluarga semakin akrab saat buka dan sahur dilakukan bersama-sama.
Pengasuh Pondok Pesantren Integrasi Quran PPIQ-368, Bandung, KH Iskandar Mirza menjelaskan asal kata 'akrab'. Dia menyampaikan, sesungguhnya 'akrab' berasal dari akar kata "qoroba" artinya dekat dan kata ini juga merupakan kata yang digunakan untuk menunjukkan kedekatan Allah SWT dengan hambaNya.
"Sehingga dalam urutan ayat yang menyeru pada orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa, tersambung ayat yang artinya "Apabila hambaKU, bertanya tentang AKU, (Wahai Muhammad), katakanlah "Faiinni Qorib" (sesungguhnya aku dekat)," tutur KH Mirza saat dihubungi Republika, belum lama ini.
Master Trainer di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Motivasi Spiritual Qurani (MSQ) ini menyampakkan, kata 'qorib' yang dimaksud dalam ayat ini adalah bahwa ; orang-orang yang dalam keadaan shiyam, doanya didengar. Karena saat berpuasa seorang hamba sangat dekat dengan Tuhannya.
"Momen ini harus dijadikan sebagai ajang untuk memperbanyak doa di bulan Ramadhan. Karena dekatnya doa orang berpuasa dengan Tuhannya," katanya.
Kedekatan seorang yang dalam keadaan shiyam, seharusnya juga menjadi berefek dekatnya seseorang pada semua makhluq ciptaan Allah, apalagi dengan keluarga. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan keluarga dekat.
"Maksud dari keluarga dekat akan lebih tepat karena di antara personal keluarga saling mendoakan satu sama lainnya," katanya.
Sedangkan mereka yang memiliki hubungan karib-kerabat tapi tidak saling mendoakan, lebih tepat disebut keluarga jauh. Sehingga keluarga dekat itu akan saling mendekatkan diri pada Allah SWT agar kelak dapat berhimpun kembali di syurga.
Demikian juga kata, Dosen tetap Pasca Sarjana di UNINUS Bandung ini, sama halnya tujuan utama dari puasa itu adalah taqwa, sebagaimana terekam dalam firman Allah "...La'allakum tattaquun". Turunan kata taqwa dalam bentuk kata perintahnya adalah "ittaqu"...maknanya adalah takutnya, peliharalah, jagalah, bertaqwalah".
Perintah ittaqu sering bersanding dengan kata Allah, sehingga berubah menjadi "ittaqullah". (Takutlah pada Allah), atau dengan api neraka, "ittaqunnaar.." (takutlah pada api neraka). Dalam ayat yang terkait dengan hubungan keluarga secara tegas Allah menyeru "quu amfusakum wa ahlikum naaro" (jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka).
"Sebagaimana yang dipahami bahwa konteks puasa adalah menjaga baik secara lahiriyah (shaum) ataupun batiniyah (shiyam) segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi nilai puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari," katanya.
KH Mirza menegaskan, inti puasa adalah 'menjaga' bukan sekedar menjaga diri, tapi juga keluarga maupun lingkungan masyarakat sosial. Dalam rangka saling menjaga itu, maka langkah utamanya adalah membangun konsep silaturahim lahir batin.
"Lahirnya saling berkunjung, batinnya saling mendoakan," katanya.
Di masa pandemi yang paling menyeramkan sesungguhnya bukan covid nya, melainkan hilangnya konsep silaturrahim. Bukankah silaturrahim dapat memanjangkan umur dan membarokahi rizqi?.
"Inilah saat yang tepat untuk membangun keakraban keluarga dan ummat melalui keberkahan romadhon Insya Allah," katanya.