Malang - Masjid megah di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, lebih dikenal masyarakat dengan sebutan masjid tiban. Berdirinya masjid itu, hingga kini selalu dikait-kaitkan dengan pasukan jin.
Masjid itu berdiri megah di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba'a Fadlrah). Masjid didirikan oleh Romo Kiai Ahmad ini memiliki interior dan ekterior yang mewah.
Panitia Masjid Tiban Turen, Kisyanto menepis dikaitkannya pembangunan masjid itu dibantu oleh jin, sehingga disebut dengan masjid tiban. Katanya, pengaitan itu adalah kabar tidak benar alias hoaks.
"Pembangunan masjid sekaligus pondok pesantren ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, hingga bisa berdiri megah," terang Kisyanto saat dikonfirmasi, Sabtu (9/4/2022).
"Pada Tahun 1963, ini adalah rumah Romo Kiai Ahmad selaku pemilik, perintis, pendiri dan pengasuh Ponpes Bi Ba'a Fadlrah. Beliau lahir di sini, lalu banyak warga sekitar sampai luar kecamatan yang datang untuk mengaji," papar dia.
Lalu Ponpes Bi Ba'a Fadlrah baru resmi berdiri pada Tahun 1974, ditandai dengan mulai dibangunnya tempat tinggal untuk para santri. Pendirian bangunan ponpes sendiri juga penuh perjuangan. Sebab para santri membangun dengan peralatan seadanya dan secara swadaya.
"Dulu membangun dengan batu bata merah itu masih ditempelkan menggunakan tanah liat. Bahkan untuk menghaluskan tembok, masih menggunakan tanah liat," papar Kisyanto.
Tak hanya terkendala material, pembangunan ponpes dan masjid ini sempat terhenti karena terkendala perizinan.
"Pada Tahun 1994 kita diminta IMB oleh pemerintah setempat. Kalau IMB kan harus ada perencanaan, padahal pondok pesantren ini dibangun atas dasar (Salat) Istikharah," ujarnya.
Kisyanto menuturkan, selama ini pembangunan masjid maupun ponpes tanpa blueprint. Semuanya hanya berbekal petunjuk dari Salat Istikharah.
Akhirnya pada Tahun 1998, Romo Kiai Ahmad tetap melanjutkan pembangunan meskipun tanpa IMB.
"Pembangunan pondok pesantren ini justru saat sedang dalam masa krisis moneter. Berdasarkan Salat Istikharah, Romo Kiai Ahmad justru harus terus membangun meskipun hanya sedikit demi sedikit," terangnya.
Pria asal Sidoarjo ini menambahkan, pesan dari Romo Kiai Ahmad adalah pembangunan masjid dan ponpes ini bertujuan untuk menyelesaikan krisis di Indonesia maupun di dunia.
Perjuangan Romo Kiai Ahmad dan para santrinya ini ternyata membuahkan hasil. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang akhirnya membantu menyelesaikan permasalahan IMB.
"Waktu itu gambaran bangunan yang kita serahkan juga seadanya. Yang penting dari dinas perizinan sudah oke dan mereka tahu gambaran pembangun di pondok pesantren ini," tambah Kisyanto.
Pria berkumis tebal ini juga menjawab dikaitkannya pembangunan masjid dengan bantuan pasukan jin.
"Kalau di luar sana ada yang bilang pembangunan ini melayang sendiri, itu jelas tidak benar. Karena sejak saya mondok di sini Tahun 1992, ada proses yang sangat panjang dan saya tahu persis pembangunannya," tegasnya.
Menurutnya, kesalahpahaman ini muncul pada Tahun 2006 saat pembangunan masjid mulai menyentuh lantai 5.
"Karena saat masuk lantai lima, bangunan mulai terlihat dari luar. Selain itu di sini kan banyak pohon kelapa, jadi pembangunan di bawah lantai 5 tidak kelihatan," bebernya.
Lalu saat perayaan kemerdekaan pada 17 Agustus 2006, masjid ini semakin viral setelah para santri mengibarkan bendera merah putih di puncak masjid.
"Kita diperintahkan oleh beliau (Romo Kiai Ahmad) membuat tiang bendera setinggi 62 meter dan bendera berukuran 20 meter kali 30 meter. Bendera itu dikibarkan saat 17 Agustus, baru banyak orang kelihatan dari luar dan langsung kaget," kenangnya sambil tertawa.
Karena itulah membuat orang-orang di luar Desa Sanankerto terkejut. Padahal warga sekitar menjadi saksi panjangnya proses pembangunan masjid ini.
"Kalau masyarakat sekitar tahu sendiri pembangunan masjid ini. Karena dilalui arus masuk keluarnya material bangunan," pungkasnya.