Selasa 12 Apr 2022 00:00 WIB

Laporan: China Ambil Organ Tahanan Diduga Muslim Uyghur

Transplantasi organ marak di China termasuk diduga dari Muslim Uyghur

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana menjelang maghrib di depan Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China (ilustrasi). Transplantasi organ marak di China termasuk diduga dari Muslim Uyghur
Foto: M. Irfan Ilmie/ANTARA
Suasana menjelang maghrib di depan Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China (ilustrasi). Transplantasi organ marak di China termasuk diduga dari Muslim Uyghur

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para ilmuwan dalam sebuah makalah ilmiah yang diterbitkan awal pekan ini menyatakan, bahwa dokter China telah mengambil organ vital dari pasien yang masih hidup sehingga menyebabkan kematian mereka. Diduga para korban yang diambil organnya ini adalah para tahanan.

 

Baca Juga

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kelompok hak asasi manusia juga menuduh China mengambil organ dari anggota minoritas Muslim Uyghur yang ditahan.

 

“Kemungkinan besar organ-organ ini diambil dari para tahanan,” kata laporan itu dilansir dari Alaraby, Senin (11/4/2022).

 

Temuan itu menimbulkan kekhawatiran tentang nasib ribuan anggota minoritas Muslim Uyghur China, yang ditahan di kamp kerja, yang secara luas dikecam aktivis hak asasi manusia sebagai 'genosida'.

 

Seorang mahasiswa doktoral dalam bidang politik dan hubungan internasional di Universitas Nasional Australia di Canberra, Mathew Robertson dan Prof  Jacob Lavee, yang menjabat sebagai presiden Masyarakat Transplantasi Israel, menganalisis 2.800 artikel ilmiah dalam bahasa China yang berhubungan dengan transplantasi jantung dan paru-paru.

 

Para peneliti menemukan bukti bahwa dalam jumlah kasus yang sangat tinggi, organ telah diambil dari orang yang masih hidup.

 

"Dalam 71 makalah, kami menemukan bukti yang jelas dan tegas bahwa kematian otak tidak ditentukan sebelum operasi pengambilan organ dimulai," kata Lavee kepada harian Israel Haaretz. Ini berarti bahwa pengambilan organ adalah penyebab langsung kematian pasien.

 

“Jelas bahwa semua subjek yang menjalani operasi yang dijelaskan di koran harus menjadi tahanan," tambah Lavee. "Tidak ada sistem donor organ sukarela alternatif selama waktu tersebut,” ujarnya.

 

Baca juga: Motif Tentara Mongol Eksekusi Khalifah Terakhir Abbasiyah dengan Dilindas Kuda

China mengatakan pada 2014 akan menghentikan pengambilan organ dari tahanan, bertahun-tahun setelah secara resmi mengakui bahwa tahanan yang dieksekusi menyediakan setidaknya dua pertiga organ yang digunakan untuk transplantasi di China.

 

Lavee dan Robertson tidak menemukan bukti bahwa pengambilan organ pada pasien yang masih hidup telah terjadi sejak tanggal tersebut, yang berarti bahwa baik China telah menerapkan reformasi atau bukti dari praktik semacam itu sekarang lebih tersembunyi.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement