REPUBLIKA.CO.ID,MANAMA -- Pemerintah Bahrain memutuskan kembali menembakkan meriam Ramadhan di hadapan umum setelah sempat dihentikan sementara akibat Pandemi Covid-19. Warga Bahrain menyambut baik kembalinya tradisi buka puasa yang populer ini.
Selama dua tahun meriam itu diam dan sunyi, sebagai bagian dari pembatasan yang mencakup larangan bepergian dan kewajiban menggunakan masker, yang dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Tradisi yang menandai berakhirnya puasa setelah satu hari selama bulan suci ini tetap terjaga di sebagian besar Timur Tengah. Penembakan meriam menyebar hingga Bahrain melalui Arab Saudi, di mana hal itu diadopsi sebagai tradisi modern pada 1920-an di Makkah dan Madinah.
Aktifitas ini lantas kembali dilakukan setelah Bahrain membatalkan banyak pembatasan Covid-19 pada 30 Maret. Sejak pandemi pada awal 2020, Bahrain telah mencatat sekitar 560.023 kasus dan 1.473 kematian.
Kementerian Kesehatan negara itu mencatat 592 kasus baru dan satu kematian pada Senin (11/4).
"Kami senang bisa menyaksikan tradisi ini bersama anak-anak dan mengajari mereka kisah di balik meriam buka puasa dan apa yang dilambangkannya bagi kami sebagai Muslim dan komunitas," kata pengunjung pameran meriam di Manama, Ahmed, dikutip di The National News, Selasa (12/4).
Lebih lanjut, ia menyebut upacara tahunan ini seolah menyambut masyarakat setempat untuk terus merangkul tradisi ini dengan keamanan dan kemakmuran.
Meriam ditembakkan ke area perbelanjaan tepi laut The Avenues di ibu kota dan benteng Arad dan Riffa. Bahrain juga mengumumkan skema untuk merenovasi masjid di seluruh negeri dan membangun yang baru.