Jumat 15 Apr 2022 00:33 WIB

Ilmuwan Kembangkan Plastik yang Tahan Lama, tak Sobek dan tak Perlu Didaur Ulang

Sejumlah zat ditambahkan agar plastik bersifat bisa memperbaiki sendiri.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Wadah yang terbuat dari plastik. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Wadah yang terbuat dari plastik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi pembuatan plastik semakin beragam. Tahun lalu, ilmuwan mengembangkan plastik yang bisa hancur sendiri sehingga tidak mencemari lingkungan.

Kini, para peneliti mengklaim telah menemukan cara untuk membuat "plastik yang dapat memperbaiki sendiri". Plastik jenis ini dapat digunakan di ponsel, mobil, dan perangkat lain. Dengan teknologi yang dimilikinya diharapkan bisa mengurangi jumlah limbah yang  mencemari lingkungan.

Baca Juga

Takuzo Aida, seorang profesor kimia di Universitas Tokyo mengatakan bahwa sejumlah kecil zat khusus yang ditambahkan ke dalam plastik konvensional dapat langsung memperbaiki sobekan. Pada tanggal 26 Maret, temuan mereka dipresentasikan pada pertemuan tahunan Masyarakat Kimia Jepang.

“Teknik ini dapat mengarah pada pengembangan plastik tahan lama yang tidak perlu dibuang atau didaur ulang,” kata Aida, dilansir dari Asahi.

Menurut laporan yang dirilis pada Februari oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), hanya 9 persen plastik yang didaur ulang secara global pada 2019.

Plastik non-daur ulang biasanya dikubur atau dibakar. Banyak di antara plastik-plastik itu berakhir di laut. Plastik sangat berbahaya bagi lingkungan karena tidak dapat terurai secara alami.

Aida dan yang lainnya menciptakan bahan polimer yang disebut polieter tiourea pada tahun 2018 yang dapat memperbaiki sendiri kerusakan saat potongannya digesekkan satu sama lain pada suhu kamar.

Dalam studi terbaru, para ilmuwan menerapkan zat plastik yang sama pada tingkat 20 persen ke bahan plastik lain yang tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri. Temuan mengungkapkan bahwa plastik campuran dapat memperbaiki diri sendiri pada suhu kamar.

Plastik terdiri dari beberapa rantai molekul yang saling terkait. Ketika bahan plastik terdegradasi, ikatan molekuler larut. Untuk memperbaiki hubungan molekuler, benda-benda yang terbuat dari plastik biasa harus dilebur pada suhu tinggi.

Plastik yang baru dikembangkan bisa memperbaiki rantai molekul yang rusak dalam mekanisme yang dikenal sebagai ikatan hidrogen. Bagian yang rusak dapat diperbaiki sepenuhnya dengan menyatukannya pada suhu kamar selama sekitar satu jam atau lebih.

Tim mengklaim bahwa bekas sobekan di dalam plastik yang tidak terlihat oleh mata manusia juga dapat diperbaiki.

Jika jumlah komponen yang digunakan bervariasi, para ilmuwan berharap metode ini dapat menghasilkan plastik yang dapat memperbaiki sendiri dengan berbagai sifat. Layar ponsel cerdas, bingkai kacamata, gadget rumah, furniture, penerbangan, dan mobil semuanya dapat memanfaatkannya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement