REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga swadaya masyarakat Filantropi Indonesia menyampaikan bahwa plastik menjadi salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Gusman Yahya mengatakan di sisi lain, mayoritas masyarakat juga masih belum tahu bagaimana mengelola limbah plastik yang baik dan benar. Ia menambahkan, sebuah penelitian memperkirakan 710 juta ton sampah plastik akan mencemari lingkungan pada tahun 2024.
"Ancaman polusi plastik secara nyata telah ada di sekitar kita. Menurut riset udara yang kita hirup saat ini juga telah mengandung partikel mikro plastik, begitu juga dengan tanah hingga makanan kita," tuturnya.
Senior Project Manager Climateworks Centre, Jannata Giwangkara mengatakan plastik umumnya terbuat dari minyak bumi dengan proses mengubah komponen minyak bumi menjadi produk petrokimia seperti etana, propana. Kegiatan memproduksi plastik itu membutuhkan bahan baku minyak yang tidak sedikit karena menggunakan cara pembakaran. Dari metode inilah banyak gas rumah kaca diemisi ke atmosfer.
Setelah plastik menjadi produk jadi, lanjut dia, kemudian didistribusikan ke konsumen ke sejumlah wilayah."Maka kalau kita runut dari sebelum plastik diproduksi sampai ke kita ke pengguna akhir, itu mengkonsumsi banyak sekali bahan bakar fosil yang akhirnya menyebabkan meningkatkan emisi gas rumah kaca," katanya.
Ia mengharapkan masyarakat bijak menggunakan produk berbahan plastik agar tidak berdampak pada kerusakan lingkungan."Secara kolektif dan kolaboratif kita bisa menekan penggunaan plastik," ucapnya.