REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sampah kiriman dari pemukiman penduduk Kota Bandar Lampung semakin menumpuk di pesisir Teluk Lampung, pascahujan, Ahad (17/4/2022).
Belum terlihat adanya upaya Pemerintah Kota atau Pemerintah Provinsi Lampung untuk melakukan penanganan sampah yang menumpuk tahunan.
Pemantauan di kawasan pesisir Teluk Lampung kawasan kampung nelayan Sukaraja, Telukbetung, tumpukan sampah tersebut didominasi limbah rumah tangga dan pabrik berbahan plastik. Sampah-sampah plastik tersebut mengganggu aktivitas nelayan menjaring ikan di laut.
Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Kota Bandar Lampung pada Jumat (15/4), berdampak sungai-sungai di pemukiman penduduk dan jalan protokol kota meluap karena tersumbat sampah. Sedangkan sampah-sampah tersebut dibawa air hingga ke muara Teluk Lampung, dan menumpuk di kawasan pesisir.
“Kalau hujan deras turun, setelahnya sampah-sampah dari darat (kota) menumpuk di laut dibawa air hujan. Sampah-sampah khususnya plastik menepi terbawa ombak menumpuk di pantai,” kata Erwan (43 tahun), nelayan Sukaraja, Bandar Lampung, Ahad (17/4/2022).
Dia mengatakan, tumpukan sampah-sampah rumah tangga dan pabrik di kota tersebut sudah terjadi puluhan tahun dan belum maksimal ditangani pemerintah. Sampah terus menumpuk di bibir pantai teluk, sehingga menyulitkan nelayan mencari ikan.
Sampah-sampah plastik tersebut berasal dari limbah rumah tangga yang dibawa dalam saluran sungai (kali) dalam kota saat hujan turun, dan bermuara di pesisir Teluk Lampung. Warga kampung nelayan Sukaraja, Telukbetung, Bandar Lampung tak mampu menghindari banyaknya sampah yang sudah menumpuk.
Berdasarkan dokumen Bappeda Lampung 2021, produksi sampah di Kota Bandar Lampung 700 ton lebih setiap hari.
Sedangkan data di Dinas Lingkungan Hidup Lampung pada 2020, produksi sampah empat ribu ton lebih per hari.
Sampah tersebut terdiri dari sampah plastik, sisa makanan, dan bahan kertas. Selain itu, terdapat juga jenis sampah tekstil, kulit, karet, logam, kaca, dan sebaginya.
Berdasarkan hasil timbangan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bakung, Telubetung Utara, selama tahun ini volume sampah mencapai 1.000 ton per hari. Sebelumnya, timbangan hanya berkisar 850 ton–900 ton per hari. Sampah-sampah warga kota diangkut mobil truk, pickup, dan juga grobak.
Direktur LSM Mitra Bentala Lampung, Mashabi, mengatakan menumpuknya sampah di wilayah pesisir Teluk Lampung selain karena kurang kesadaran masyarakat, juga masih minimnya kepedulian pemerintah dalam penanganan sampah dan limbah di pesisir.
Menurut dia, tidak adanya regulasi soal sampah pesisir, membuat Pemkot dan Pemkab, juga Pemprov Lampung belum bergerak maksimal dalam penanganan sampah di daerah pesisir.
“Kita melihat kurang begitu perhatian atau minim perhatian dari pemerintah sampah pesisir pantai, beda dengan penanganan sampah di darat,” kata Mashabi.