REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Tak berbeda dengan suasana lebaran di Indonesia, warga Indonesia yang menetap di AS juga merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan bersilaturahim. Gerimis dan cuaca dingin di AS tidak menghilangkan suasanan hangat acara silaturahmi yang berlangsung di kediaman Dubes Indonesia untuk AS di Washington. “Minal aidzin walfaidzin. Apa kabar?”, demikian ucapan yang terdengar silih berganti dalam silaturahmi yang mempertemukan sekitar 2.000 warga Indonesia di AS.
Sudah menjadi tradisi setiap Idul Fitri, Kedutaan Besar RI untuk AS menyelenggarakan acara silaturahim bersama warga Indonesia yang menetap di penjuru wilayah AS. Khusus Lebaran tahun ini, acara silaturahim sedikit istimewa lantaran dibarengi dengan perkenalan Duta Besar Indonesia untuk AS yang baru, Dino Patti Djalal. “Saya kenal Dino dari masih kecil sekali”, kata Kamargo, warga yang tinggal di Maryland, sambil mengangkat tangannya setengah meter dari lantai seperti diberitakan VOA, Selasa (14/9).
Dalam pidatonya kepada masyarakat Indonesia, Dino mengatakan mengenai kebesaran Islam sebagai agama yang terbuka bagi ilmu pengetahuan dan sempat menjadi agama yang paling maju. Duta Besar mengingatkan bagaimana Islam di abad ke-21 harus mengejar ketinggalannya yang dikaitkan dengan seruan agar masyarakat Indonesia ikut berperan dalam era transformasi global ini. Menurut Dino, sebagai orang Indonesia kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Apa prestasi sejarah generasi kita sekarang?” Meski berpidato dengan penuh semangat, temu kangen antarwarga Indonesia menutupi pidato 20 menit ini.
Selain berisikan temu kangen dan perkenalan dengan duta besar yang baru, warga Indonesia yang menetap di Indonesia juga meramaikan acara silaturahim dengan mengadakan semacam pertunjukan gamelan, tarian dan band hiburan. Tak ketinggalan artis era 80-an, Atiek CB, juga diundang untuk meramaikan suasana.
Atiek kini menetap di Amerika Serikat bersama suami dan anak-anaknya. Dengan mengenakan baju terusan hijau tua pendek dengan sepatu boot hitam dan tidak ketinggalan ciri khas kaca mata hitamnya, Atiek beraksi ditemani kelompok band lokal Indonesia. Berjalan di atas panggung dan beberapa kali ke tengah penonton, Atiek menyanyikan lagu-lagu jaman manggungnya seperti "Terserah Boy" dan "Marilah Kemari."
Panitia yang sempat khawatir karena hujan gerimis dan suhu dingin sekitar 20 derajat Celsius ternyata tidak menghentikan warga Indonesia yang sudah menantikan acara tahunan ini. Makanan khas lebaran seperti ketupat sayur, rendang, opor dan makanan pencuci mulut lain yang diporsikan untuk 2.000 orang, ludes sekitar pukul empat sore. Setelah acara usai dengan band penutup, keluarga dubes istirahat, pengunjung pulang dan panitia menyapu bersih sisa sisa pesta. Yang membekas adalah kenangan bertemu teman-teman setanah air dan harapan atas kepemimpinan baru Indonesia di Washington DC.